Posted in Dunia Pena dan Kertas, Kontes Blog

Aku Rindu Mama

Rasanya baru kemarin aku dan Mama sibuk mempersiapkan segala macam pernak-pernik untuk pernikahan ku putri sulungnya. Saat-saat itu adalah saat dimana aku merasa sangat dekat dengan Mama. Hal yang menjadi kebiasaan kami saat itu adalah pagi hari  aku membantu Mama mengerjakan pekerjaan rumah tangga, setelah selesai kami berdua melakukan aktivitas untuk persiapan pernikahan ku sesuai dengan agenda yang telah kami buat, malamnya kami lanjutkan berdiskusi membahas apa yang sudah kami kerjakan sepanjang siang. Begitu seterusnya yang aku dan Mama lakukan selama tiga bulan sebelum hari “H”.

Selama ini aku selalu merasa Mama adalah orang yang kurang menyayangi aku. Hal ini kurasakan sejak aku duduk di kelas 2 SMP. Dimana Mama saat itu sangat sibuk mendampingi tugas Bapak. Saat itu Mamah dan Bapak memang jarang ada di rumah karena harus dinas keluar kota, aku ditinggal dengan pembantu dan sopir saja di rumah. Segala kebutuhan ku memang terpenuhi, hanya satu yang menurut ku kurang, yaitu kehadiran kedua orang tuaku. Aku sering merasa iri dengan teman-teman yang lain, mereka bisa setiap hari bertemu dengan kedua orang tuanya. Dalam seminggu biasanya Mama ada di rumah hanya tiga hari saja, atau kalau Mama sedang ada di rumah aku hanya bisa bertemu dengannya setiap di atas pukul 21 malam. Kalau Mama ada di rumah, beliau selalu menyempatkan untuk mengajak aku mengobrol sampai lewat tengah malam. Mama bercerita tentang banyak hal, tentang semua aktivitas yang dijalaninya, tentang nasehat-nasehat dan semua pengalamannya. Aku sangat senang mendengarkan Mama bercerita, andai waktu bisa diulur lebih lama lagi aku tak akan bosan mendengarkan cerita Mama sampai berjam-jam lamanya bahkan sampai subuh menjelang, aku ingin terus menerus bersama Mama. Tapi hal itu tidak mungkin terjadi, karena keesokan harinya aku harus sekolah dan Mama harus menjalankan aktivitasnya bahkan harus pergi lagi keluar kota mendampingi Bapak. Aku benci ditinggal Mama.

Aku merasa semakin jauh dari Mama, seiring dengan kesibukan Mama yang bertambah ketika aku menginjak bangku SMA. Mama sering menasehati aku agar tidak membenci Mama dan Bapak, karena saat ini mereka sedang berjuang untuk masa depan kami anak-anaknya, Nasehat itu masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan saja. Aku semakin banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman ku, pergi sekolah pagi dan pulang ketika matahari sudah tenggelam. Tidak lagi mau mendengarkan nasehat dari Mama, bahkan sedapat mungkin menghindar dari Mama.

Lulus UMPTN berbarengan dengan Bapak memasuki masa pensiun. Kami sekeluarga kembali ke kampung halaman. Kini Mama dan Bapak sudah tidak lagi bepergian kemana-mana. Setiap hari mereka ada di rumah. Aku mulai menemukan kerinduan yang bertahun-tahun lamanya hilang dari kehidupan ku. Tak terasa empat tahun aku kuliah dan Mama mengantarkan aku diwisuda. Setahun bekerja, aku dilamar seorang pria kekasih ku.

Selesai acara lamaran, mulai kami sibuk mempersiapkan acara pernikahan. Rasanya waktu cepat sekali berlalu merenggut kebersamaan ku dengan Mama. Sebentar lagi aku akan hidup dengan suami ku dan terpisah lagi dengan Mama. Mama dengan telaten menemani dan mensupport aku mempersiapkan pernikahan. Dikala aku dan Bapak terlibat perdebatan sengit, Mama lah yang menjadi penengah. Walaupun terasa sedih karena akan berpisah dengan Mama, Mama selalu menyemangati aku untuk tidak takut menghadapi dunia pernikahan yang sebentar lagi akan aku hadapi. Pesan Mama agar aku terus belajar untuk menjadi wanita sholehah, menjadi pendamping suami dan ibu bagi anak-anak ku kelak.

Air mata ku tumpah tak terbendung ketika pria yang telah melamarku  dengan lancar mengucapkan ijab kabul pada hari pernikahan. Mama, kini aku sudah menjadi istri dari suami ku, ini saatnya aku merasakan langsung kehidupan yang sesungguhnya. Mama kelihatan tegar di depan ku, beliau meyakinkan aku bahwa tidak ada yang perlu ditakuti untuk menghadapi dunia yang sebenarnya, semua akan baik-baik saja. Mama tidak pernah menuntut atau meminta apa-apa dari ku kecuali meminta aku agar bahagia dan menjadi wanita sholehah.

Kini, sebelas tahun sudah aku menikah dan  dikaruniai dua anak laki-laki yang lucu-lucu. Aku terpisah ribuan kilometer jauhnya dari rumah Mama. Mama sudah semakin tua dan harus menghabiskan masa tuanya berdua saja dengan Bapak di rumah. Ketika mendengar berita Mama sakit, rasanya hati ini sedih sekali. Andai aku ada di dekat Mama, aku akan mendampingi, mengurus  dan mengantar Mama kemana pun Mama ingin pergi. Tapi apa mau dikata, jarak dan kondisi yang membuat aku tak bisa seenaknya pulang kampung menemui Mama, maafkan aku ya Ma. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, “Ya Allah…..aku titipkan Mama ku, sembuhkanlah Mama, bahagiakanlah Mama dan Bapak ku.”

Mama masih sama seperti dulu, tidak menuntut apa-apa dari anak-anaknya kecuali agar anak-anak terus berjuang untuk menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.  Ma, ada rasa menyesal dalam hati ku, ketika dulu aku sering berburuk sangka terhadap Mama, ketika aku pernah membenci Mama karena selalu ditinggal-tinggal. Maafkan aku ya Ma. Kini aku bisa merasakan bertapa susahnya menjadi seorang Mama. Terima kasih ya Ma,semua cerita dan nasehat yang pernah Mama sampaikan kini menjadi pedoman aku menjalani hidup. Terima kasih sudah menjadi sahabat ku yang paling baik dan setia selama ini. Terima kasih atas dukungan dan doa yang tak pernah putus Mama berikan kepada ku. Kalau saat ini aku bisa berdiri dengan tegak menghadapi dunia, ini semua karena Mama. Ma, Mama sering bilang doa anak sholeh akan dikabulkan oleh Allah. Ma, aku tahu waktu tidak dapat diputar ulang dan sesuatu yang sudah terjadi adalah sudah merupakan kehendak-Nya, aku akan berjuang untuk terus berusaha menjadi anak, istri dan ibu yang sholehah supaya doa ku untuk Mama diijabah oleh Allah SWT. Dalam rindu ku selalu kupanjatkan doa untuk mu Mama ku tercinta.

Artikel ini diikutsertakan pada : Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera

10311710_661639713957648_8255853987418494994_n

Author:

seorang ibu, suka membaca,menulis, jalan-jalan, mencoba berbagai kuliner, olah raga, dan sangat mendukung pemberian ASI eksklusif serta penggunaan obat secara rasional /RUM (Rational Use of Medicine)

5 thoughts on “Aku Rindu Mama

  1. Sahabat tercinta,
    Saya mengucapkan terima kasih kepada para sahabat yang telah mengikuti Kontes Unggulan Hati Ibu Seluas Samudera di BlogCamp. Setelah membaca artikel peserta saya bermaksud menerbitkan seluruh artikel peserta menjadi buku.

    Untuk melengkapi naskah buku tersebut saya mohon bantuan sahabat untuk

    1. Mengirimkan profil Anda dalam bentuk narasi satu paragraf saja. Profil dapat dikirim melalui inbox di Facebook saya atau via email.
    2. Memberikan ijin kepada saya untuk mengumpulkan artikel peserta dan menerbitkannya menjadi buku. Cek email dari saya tentang permintaan ijin ini dan silahkan dibalas.
    3. Bergabung dengan Grup Penulis Naskah Buku Hati Ibu Seluas Samudera di Facebook. (https://www.facebook.com/groups/669571076492059/)

    Terima kasih.

    Like

Terima kasih ^_^