Ini adalah sebuah acara Kompetisi Blogger ShopCoupons X MatahariMall. Yang diselenggarakan oleh ShopCoupons. voucher mataharimall dan hadiah disponsori oleh MatahariMall.
Jujur, tanggal yang paling nempel dalam ingatan saya itu tanggal 1. Apakah karena saya berulang tahun di tanggal 1? Oh bukan, ulang tahun saya bukan tanggal 1. Tapi tanggal 1 adalah tanggal gajiannya suami saya yang bekerja sebagai PNS. Tanggal 1 adalah tanggal yang paling saya nantikan setiap bulannya. Karena pada hari itu saldo di rekening saya jumlahnya akan bertambah. Membuat saya tersenyum lega, meskipun dalam beberapa hari kemudian angka-angka yang menghiasi rekening saya itu akan berangsur-angsur meninggalkan saya, saldo tabungan akan berkurang jumlahnya. “Hmm..duit, jadi kamu cuma mampir doank nih?” Kalau hari ini tanggal 21 berarti masih ada sembilan atau sepuluh hari lagi menuju tanggal 1. Bisa dibilang inilah masa hampir kritis, karena kritis yang sesungguhnya itu akan terasa jika sudah di atas tanggal 25. Saya pun mulai rajin melihat kalender dan menghitung hari. Walaupun sudah dilihat setiap hari ya tetap saja saldo yang ada di rekening saya tidak akan bertambah jumlahnya, malah semakin berkurang…hikss.
Sebagai istri PNS yang mengandalkan penghasilan hanya dari gaji suami, saya harus pintar-pintar mengatur uang. Gaya hidup sederhana wajib kami terapkan dalam keluarga. Saat ini apa sih yang tidak pakai uang? Nggak ada!! Parkir sebentar aja buat mengambil uang di atm kita harus bayar Rp 2000,-. Belum kebutuhan belanja bulanan, sayuran, buah-buahan, bayar listrik, internet, telpon, les anak, pembantu, belum lagi kalau ada undangan, ada iuran ini-itu. Wah ternyata pengeluaran rumah tangga itu lumayan ya setiap bulannya apalagi anak-anak saya sudah besar, kebutuhan untuk sekolah mereka juga banyak. Kebetulan saya dan suami orangnya nggak pernah macam-macam. Gaya hidup ya yang standar saja sesuai dengan penghasilan Pegawai Negeri Sipil. Kami berdua sangat disiplin dan saling support tentang memilah mana kebutuhan dan keinginan. Menabung itu wajib hukumnya bagi keluarga kami. Saya dan suami juga mendidik anak-anak kami sejak kecil agar mereka terbiasa menabung dan hidup sederhana. Prinsip kami, biarlah kami terlihat sederhana, tapi kami punya tabungan dan tidak berhutang.
Hidup di tengah-tengah jaman yang serba materialistis membuat saya dan suami agak-agak kewalahan menghadapi anak-anak. Pasalnya di rumah anak-anak dibiasakan hidup sederhana tapi di luar rumah, kenyataannya berbeda. Iya, di luar sana anak-anak rupanya senang pamer dan bersaing tentang kekayaan yang orang tua mereka miliki. Teman-temannya suka makan di tempat-tempat terkenal, gadget yang dimilikinya pun biasanya yang canggih. Dan semua itu tidak dimiliki oleh anak-anak saya. Anak-anak saya sampai suka bertanya begini pada saya, “Bu, kita ini orang miskin ya? Karena kita hidupnya nggak mewah seperti teman-teman aku yang lain.” Sedih banget saya mendengarnya. Kemudian saya menjelaskan bahwa kita itu hidup sederhana, bukan miskin. Kita itu rajin menabung, sehingga kalau ada hal darurat kita tidak harus bingung mencari dari mana uangnya. Anak-anak juga bisa bersekolah, membeli buku, alat tulis, serta semua kebutuhan mereka. Jika salah satu dari kita ada yang sakit, tidak khawatir karena kita punya asuransi kesehatan, Papa kalian membayar asuransi kesehatan untuk kita berempat setiap tahunnya. Papa juga sudah punya tabungan pendidikan untuk anak-anak, sehingga jika waktunya kalian kuliah tidak kebingungan mencari dananya. Dan alhamdulillah kita tidak punya hutang Nak! InsyaAllah akan kami jaga hal itu, sehingga kami tidak ‘mewarisi’ kalian dengan beban hutang.
Tapi anak-anak tetaplah anak-anak, wajar bila mereka mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Agar anak-anak saya tidak terlalu ndeso nggak tahu apa-apa, saya dan suami kadang-kadang mengajak mereka nonton di bioskop, makan di restoran terkenal, dan berwisata. Maksudnya supaya mereka nggak kaget, kalau temannya ada yang pamer, aku sama Papaku makan di resto ini….atau aku sudah pernah jalan-jalan kemanaaa gitu…ya itu mah udah biasa buat anak saya, karena mereka setidaknya pernah merasakannya, walaupun semuanya dikemas ala keluarga kami yang sederhana, hemat dan rajin menabung ini.
Kembali lagi ke masalah tanggal tua. Biasanya kami agak royal di tanggal muda, karena tanggal segitu memang sedang ada uangnya (uangnya biasanya dari hasil menabung sisa gaji di bulan kemarin). Jadi, kalau bulan depannya mau ngajak anak-anak bersenang-senang artinya di bulan sebelumnya kita harus betul-betul mengirit. Biasanya begitu menerima gaji langsung minimal 10% untuk ditabung. Kemudian sisanya untuk pembayaran bulanan yang wajib seperti bayar listrik, telpon, internet, beli bensin dll. Sisanya saya simpan sebagian untuk dana darurat, kemudian sisanya saya bagi untuk belanja kebutuhan bulanan seperti sabun, sampo dan lain-lain dan untuk belanja sayur / makan sehari-hari. Semuanya serba ketat memang, tapi bukan berarti kami tidak bisa menikmati hidup. Ada banyak cara untuk dapat menikmati hidup di tanggal-tanggal kritis. Misalnya kalau anak-anak sudah mulai merengek bosan hari Sabtu dan Minggu di rumah saja, saya dan suami mengajak mereka jalan-jalan di taman (sekarang Jakarta kan banyak tamannya), makan siang saya masak dari rumah, nanti di taman kita botram (makan di taman). Atau bisa juga jalan-jalan ke mall, dengan perjanjian cuma jalan-jalan doank, tidak boleh membeli sesuatu, nanti makan siang saya bawa dari rumah, kita makan di parkiran mall. Atau mengajak mereka mengunjungi museum, kalau ini anak-anak bisa sekalian sambil belajar. Atau kita berempat mengikuti kajian di mesjid yang agak jauh dari rumah, nanti makan siang saya bekal dari rumah *hidup bawa bekal !!* Apa pun itu yang penting suasana penuh dengan kehangatan dan kasih sayang di antara kami berempat. Atau mungkin juga di tanggal tua ada hal darurat seperti tiba-tiba sedang butuh membeli sepatu, karena sepatu si kecil sobek gara-gara habis main bola di sekolah. Bingung? Buat kami tidak perlu bingung karena ada Matahari Mall yang menyediakan berbagai macam barang yang kita butuhkan, ada discountnya pula. Kalau kata suami saya, “Hidup kita mah cukup aja lah. Maksudnya kalau mau jalan-jalan uangnya cukup, kalau mau ngajak anak-anak makan di restoran uangnya cukup, kalau mau beli mobil uangnya cukup #eh .”
Sudah melihat video #JadilahSepertiBudi ini? Tanggal tua memang penuh tantangan, kalau Si Budi punya kiat jitu menghadapi tanggal tua, maka dengan cara inilah keluarga saya berusaha bertahan hidup di tanggal tua. Kami tidak takut untuk hidup sederhana, karena sederhana bagi kami bukan berarti sengsara 🙂 .