Agustus 2013
Salah satu sahabat blogger saya sejak tahun 2006 adalah Dinny KAA . Tadinya hanya sekedar saling menyapa di blog masing-masing. Kebetulan pada saat itu kita punya minat yang sama di bidang perkuehan, kita pun bertemu pertama kalinya kopi darat di klub Dapur Bunda Bandung. Kita belajar bersama membuat dan menghias cake. Gak hanya sampai disitu, gara-gara si Ibu hebat ini, saya ikutan milis SEHAT dan ‘nyemplung’ di salah satu kegiatannya YOP di KLASI (Klub Peduli ASI) Bandung. Sampai saat ini persahabatan di antara kami masih terjalin dengan baik. Dan ketika liburan kemarin saya menyempatkan diri janjian bertemu Dinny untuk mengajak anak-anak ‘jalan-jalan’ kukurilingan kota Bandung.
Hari Sabtu, 30 Juni 2013 saya, adik bungsu saya dan anak-anak datang terlambat *maafkan gara-gara salah naik angkot*. Sebelumnya kami sudah janjian bertemu dengan Dinny dan anak-anaknya (Bang Daff dan Kak Akhtar) di Museum Asia Afrika Bandung.Bang Daff itu seumuran dengan Naufal, kalau Kak Akhtar umurnya di bawah Radit 2 tahun. Hari itu kita janjian jalan-jalan mengunjungi Museum Asia Afrika, Kantor Pos Besar, Mesjid Agung dan Museum Robot.
Karena rombongan saya datangnya terlambat, sementara rombongan Dinny sudah menunggu lama di Museum Asia Afrika, jadilah setelah bertemu sebentar di museum, Dinny dan anak-anaknya duluan berangkat ke Kantor Pos Besar. Saya dan anak-anak masuk ke Museum Asia Afrika duluan Buat anak-anak ini adalah kunjungan yang pertama kalinya ke Museum Asia Afrika.
Museum Asia-Afrika adalah museum politik luar negeri Republik Indonesia terletak di Gedung Merdeka Bandung. Gedung Merdeka ini dibangun pada tahun 1895 dulunya merupakan bangunan sederhana yang digunakan untuk tempat pertemuan orang-orang Eropa yang tinggal di Bandung. Sempat juga digunakan sebagai tempat minum-minum orang Jepang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Setelah kemerdekaan RI, gedung ini digunakan untuk markas tentara Indonesia dan gedung pemerintahan. Kemudian pada tahun 1955 oleh Soekarno Presiden pertama RI, gedung ini dinamakan Gedung Merdeka sudah direnovasi dan digunakan untuk menyelenggarakan konperensi Asia-Afrika 18-24 April 1955.
Begitu masuk ke dalam, terdapat bola globe raksasa di tengah-tengah ruangan dekat meja informasi. Di depan globe raksasa terdapat bendera serta patung-patung para pemimpin negara-negara di Asia-Afrika yang mengikuti konperensi Asia-Afrika yang diadakan di gedung Merdeka Bandung. Patung-patung serta bendera perwakilan negara-negara Asia-Afrika tersebut menggambarkan suasana pembukaan konperensi Asia-Afrika pada tgl 18 April 1955.
Di samping patung-patung tersebut ada kursi rotan, kamera, mesin ketik dan mesin teleks yang digunakan pada saat penyelenggaraan konperensi Asia-Afrika. Di dindingnya terpasang foto-foto hitam putih dokumentasi suasana pada saat berlangsungnya konperensi. Ada sebuah layar tv yang merekam pidato Presiden Soekarno pada pembukaan konperensi, dengan memencet tombol yang ada di bawah layar, kita bisa mendengarkan suara Presiden Soekarno. Di sepanjang dinding terpasang foto-foto yang menggambarkan suasana dunia internasional pada saat sebelum konperensi, persiapan, pendahuluan dan hasil dari konperensi Asia-Afrika bagi dunia internasional.
Masuk ke Museum Asia-Afrika tidak dipungut biaya aliyas gratis. Jadwal kunjungan :
Senin : libur
Selasa-Kamis : 08.00-16.00 wib
Jumat : 14.00-16.00 wib
Sabtu-Minggu : 09.00-16.00 wib
Hari Libur Nasional : libur
Anak-anak tertarik sekali melihat bendera-bendera peserta konerensi Asia-Afrika yang ada di Museum ini. Oh iya, toiletnya bersih banget loh, keren! Selesai mengunjungi Museum Konperensi Asia Afrika, kita melanjutkan acara jalan-jalan *nyusul Dinny* ke Kantor Pos Besar Bandung. Jarak antara Museum dan Kantor Pos cukup dekat, sekitar 200m. Kita berjalan kaki sambil menikmati keindahan bangunan-bangunan peninggalan jaman Belanda yang terdapat di sepanjang Jl. Asia-Afrika.
Gedung Kantor Pos Besar Bandung pada awalnya dibangun pada tahun 1863. Mengalami renovasi beberapa kali dan gedung yang sekarang adalah hasil renovasi seorang arsitek Belanda yang bernama J Van Gendt. Sejak dahulu gedung ini digunakan sebagai kantor pos. Bangunan gedung saat ini masih mempertahankan keasliannya. Dekat pintu masuk ada kotak pos berukuran besar dan berwarna orange peninggalan jaman Belanda. Dalam gedung ini terdapat divisi filateli, saya dan Dinny membeli beberapa koleksi perangko dan kartu pos. Anak-anak pada heboh melihat koleksi perangko luar negeri yang dijual di sana. Saya pun membeli beberapa koleksi perangko, harganya mulai Rp 15.000-Rp 100.000 lebih tergantung jenis dan kelangkaannya. Buat yang hobby postcrossing seperti Dinny atau sekedar koleksi perangko seperti saya, atau senang melihat bangunan berdekorasi tempo doeloe, mengunjungi Kantor Pos Besar asyik juga loh! Selesai ‘ngeborong’ perangko di Kantor Pos Besar, kita jalan lagi menuju Mesjid Agung Bandung atau sekarang namanya menjadi Mesjid Raya Bandung.
Mesjid Raya Bandung letaknya di seberang Kantor Pos Besar, kita tinggal menyeberangi jalan melalui tangga penyeberangan untuk sampai ke sana. Tujuan kita ke Mesjid Raya Bandung adalah untuk naik ke menaranya. Mesjid Raya Bandung memiliki dua menara kembar, untuk bisa naik ke menara mesjid melalui lift. Kita harus membayar karcis naik ke menara sebesar Rp 3000/orang. Mungkin karena hari Sabtu mesjid penuh sekali, yang mau naik ke menara juga banyak, kita harus mengantri. Di atas menara yang tingginya 81 meter kita bisa melihat pemandangan kota Bandung dan sekitarnya. Turun dari menara pas masuk waktunya shalat dhuhur kita shalat dulu di sana. Suasana mesjid ramai sekali dan terkesan kumuh karena halaman dan pelataran mesjid dipenuhi PKL (pedagang kaki lima). Lantai di pelataran mesjid kotor karena banyak yang makan dan buang sampah sembarangan di sana. Tempat wudhu dan kamar mandinya pun kotor dan bau sekali. Sebetulnya sayang sekali, mesjid yang harusnya bisa jadi salah satu icon kota Bandung ini kondisinya sangat memprihatinkan. Jauh sekali keadaannya dengan mesjid Islamic Center Samarinda yang berdiri megah dan cantik sampai ke dalam-dalamnya (termasuk tempat wudhu dan kamar mandi yang sangat bersih).
Selesai shalat dhuhur kita melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Food Court Yogya Kepatihan untuk makan siang. Daerah Alun-Alun Bandung memang terkenal dikuasai oleh PKL (pedagang kaki lima) membuat suasana menjadi sangat kumuh, karena para pedangang tidak tertib, mereka jualan seenaknya saja, bahkan sampai mengambil setengah jalanan yang seharusnya igunakan untuk kendaraan bermotor. Jalanan jadi ruwet dan macet, angkot mengetem seenaknya, para pejalan kaki tidak punya tempat khusus untuk berjalan kaki, dan menjadi tidak aman untuk berjalan kaki apalagi membawa anak-anak.
Kalau melihat kepadatan dan keruwetan yang ada di kota Bandung, saya jadi kangen dengan suasana di Balikpapan. Di sana suasananya bersih, tenang dan damai.
Yogya Kepatihan rupanya sedang direnovasi sebagian. Food courtnya berada di lantai paling atas. Jenis makanan yang ada di sana bertambah banyak. Karena weekend suasananya sangat ramai. Selesai makan siang kita melanjutkan perjalanan ke museum robot yang terletak di Jl Sunda. Dari Jl. Kepatihan naik angkot jurusan Stasiun-Gedebage yang berwarna hijau stabilo, nanti turun di Jl. Sunda. Sayangnya ketika kita sampai di museum robot, ternyata tutup. Anak-anak kecewa 😦 kita cuma bisa lihat dari luar koleksi mainan robot yang terdapat di dalamnya.
Kita mengakhiri acara jalan-jalan di museum robot. Saya pun berpisah dengan Dinny, Bang Daff dan Kak Akhtar. Perjalanan hari itu asyik sekali, menyusuri jalan Asia-Afrika dan daerah Alun-Alun Bandung, mengunjungi Museum bersejarah, menikmati pemandangan bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman Belanda, melihat kota Bandung dari atas menara serta menambah wawasan dan pengalaman untuk anak-anak dengan biaya yang murah meriah. Ternyata mengajak anak berwisata itu nggak harus yang mahal-mahal loh!
Hatur nuhun nya Din, ditunggu kukurilingan selanjutnya…hehehe 🙂