Posted in Balikpapan

Perpisahan Dengan Si Kasur Butut (Serial Kasur Butut #6 -Tamat)| #NulisRandom2015

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Qs. Ibrahim: 7)

Tinggal beberapa hari lagi saya tidur di kasur butut. Kasur yang sudah setia menemani kami selama empat tahun hidup di Balikpapan. Akhirnya kita harus berpisah karena keluarnya SK mutasi pak suami.  Berbagai suka dan duka telah kita lewati bersama selama ini.

Tidur ditemani oleh si kasur butut nggak hanya sekedar tidur semata. Banyak makna di balik kisah si kasur butut ini. Ya, lewat si kasur butut saya banyak belajar bagaimana menjadi istri yang bisa menerima keadaan suami apa adanya. Membiasakan diri untuk bisa survive dimana saja bersama suami, meski harus tidur di atas kasur butut sekalipun. Bukan bagus atau butut kasurnya, tapi kebersamaan kami sebagai keluarga, susah dan senang dihadapi bersama-sama.

Membuat saya banyak-banyak bersyukur atas nikmat yang Allah limpahkan kepada saya dan keluarga. Barang siapa yang bersyukur, maka Allah akan tambahkan nikmat kepada kita. Berulang kali ingin sekali punya kasur baru, namun saya belum diijinkan berpaling ke lain hati dari si kasur butut. Saya hanya bisa bersyukur salah satunya dengan cara merawat si kasur butut dengan baik. Kasur butut ternyata kalau dirawat secara baik masih layak digunakan sampai SK mutasi keluar.

Awalnya saya takut tidur di kasur yang butut begini. Karena saya dan si sulung ada alergi debu, kasur ini busanya sudah rusak, kalau sarung kasurnya dicuci busanya ngaburudul alias berhamburan bikin kami batuk. Belum lagi gimana kalau ada tumila atau tunggau, bisa-bisa gatal badan saya. Eh, tapi kok semua kekhawatiran saya nggak terbukti. Selama empat tahun kami baik-baik saja, sehat wal afiat tidur di atas kasur butut ini 🙂 alhamdulillah.

Dan ternyata nikmat aja sih tidur di kasur butut, bahkan saya suka susah tidur kalau nggak tidur di kasur butut ini. Alhamdulillah……

Tak ada kata lain selain bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan. Semua akan indah pada waktunya, semua akan ada akhirnya. Akan digantikan dengan sesuatu yang baru yang jauh lebih baik. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.

Selamat tinggal Kasur Butut….

– tamat –
CINTA DALAM SELEMBAR KASUR BUTUT (SERIAL KASUR BUTUT #1)
KABARNYA SI KASUR BUTUT (SERIAL KASUR BUTUT #2)
KASUR ANGIN KEMPES…..OOH….NO!! (SERIAL KASUR BUTUT #3)
KASUR BUTUT BARU 🙂 (SERIAL KASUR BUTUT #4)
SI KASUR BUTUT MASIH MENEMANI KAMI (SERIAL KASUR BUTUT #5)

Posted in Balikpapan

Si Kasur Butut Masih Menemani Kami (Serial Kasur Butut #5)

Serial kasur butut ini saya ambil dari blog pribadi saya terdahulu dan saya sajikan kembali di blog baru saya ini. Si Kasur butut ini adalah bagian sejarah dari perjalanan hidup keluarga kami. Sampai detik ini kami masih menggunakannya sebagai alas tidur. Tentu saja keadaannya sudah semakin memprihatinkan, busanya semakin tipis dan sudah sobek di sana-sini. Namun menurut kami masih layak digunakan. Sudah tiga tahun kami bersama-sama dengan Si Kasur Butut ini dan belum berniat menggantinya dengan kasur baru.

Ibarat sepasang kekasih yang sudah berjanji sehidup semati, kami pun demikian dengan Si Kasur Butut ini. Jika sedang bepergian keluar kota atau sedang mudik ke Bandung, saya jadi nggak bisa tidur di springbed. Rasanya jadi aneh karena sehari-hari terbiasa tidur di kasur butut. Jadi kalau saya sedang di rumah Mama saya di Bandung, saya nggak tidur di spingbed, tapi tidur lesehan di bawah menggunakan kasur busa :).

Hidup sederhana atau menjadi orang pelit bedanya tipis ya. Menurut saya sih hubungan keluarga kami dengan Si Kasur Butut bukan masalah pelit atau nggak pelit, tapi kami mencoba menerapkan gaya hidup sederhana yang belakangan ini sedang digembar-gemborkan oleh banyak orang khususnya untuk keluarga PNS seperti kami. Kami nggak perlu malu untuk hidup sederhana apa adanya sesuai dengan gaji yang diterima oleh suami saya sebagai PNS. Harus cermat dalam memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan. Masih banyak hal yang dapat kami syukuri, toh harta yang sesungguhnya bukan hanya berupa uang dan uang kan? Bersyukur masih bisa tidur di kasur butut yang menjadi saksi bisu sejarah keluarga kami :).

Posted in Balikpapan

Kasur Butut Baru :) (Serial Kasur Butut #4)

Balikpapan, 25 Mei 2013

Kisah ini baru saja terjadi, beberapa minggu yang lalu. Suatu siang, ketika saya sedang asyik duduk-duduk di gazeebo tempat mengunggu anak di sekolah, tiba-tiba suami menelpon :

“Bu, mau kasur springbed yang baru ngga?”

Tiba-tiba ditanya seperti itu oleh suami, sontak membuat saya sangat surprise,jantung saya nyaris berhenti saking kagetnya. Apaa?? Papa Noor nawarin saya kasur springbed?? Gak salah nih??… Otomatis pikiran saya langsung melayang-layang ke kasur butut yang selama ini kami pakai di rumah. Kasur butut yang terdiri dari dua lapis busa yang sudah agak murudul (ini bahasa sunda yang artinya busanya ngebrudul…haduuuh apa ya bahasa Indonesianya yang benar??) dan kami beri sarung kasur untuk membuat nyaman saat digunakan tidur. Saat ini kami masih bertahan menggunakan si kasur butut itu. Tepatnya terpaksa kami pertahankan dari pada harus tidur di atas karpet, duh gak kebayang sakit badan. Rasanya si kasur makin hari terasa semakin menipis dan ukurannya bertambah sempit. Rasa gak nyaman itulah yang setiap hari membuat saya terus berangan-angan ingin memiliki kasur springbed. Dan di suatu hari di siang bolong, gak ada angin gak ada hujan dan rasa-rasanya semalam saya pun gak bermimpi apa-apa, tiba-tiba suami menelpon menawarkan apakah saya mau kasur springbed? Asli, saya masih tidak percaya!

“Papa mau beli kasur springbed?” Tanya saya tiba-tiba sumringah berbinar-binar penuh semangat tapi ada sedikit perasaan kasihan dan khawatir kepada suami saya. Beli kasur springbed baru, uangnya dari mana? Apakah selama ini Papa Noor kasihan melihat saya yang selalu berangan-angan ingin tidur di kasur springbed, sehingga dia berusaha keras menyisihkan uang untuk ditabung dan dibelikan kasur impian saya? Hiks…saya selama ini berarti sudah su’uzdon pada suami saya, saya sering menganggap dia terlalu pelit. Alasan Papa Noor tidak mau membeli kasur baru adalah karena nanti kalau kita pindah kasurnya susah dibawa pindah-pindah. Betul juga sih, beli mahal-mahal kalau ujung-ujungnya dijual murah ke orang lain pada saat kita pindah kan sayang juga ya.

“Hari ini ada pengumuman mutasi Bu, dan kebetulan Bu Lola akan dimutasi ke Bandung,kalau nggak salah Bu Lola punya kasur springbed yang bagus, Ibu segera kontak Bu Lola ya, siapa tau kasurnya dijual murah atau malah syukur-syukur dikasihkan gratis buat kita.” lanjut suami saya di ujung sana dengan  kalem.

Mendengar jawaban suami, saya menelan ludah, wajah sumringah dan berbinar-binar yang beberapa detik yang lalu sempat mampir di wajah saya kini lenyap seketika. Yes, he is my husband….gak mungkin banget dia mengeluarkan uangnya begitu saja untuk hal-hal yang gak pokok dan gak urgent.

“Ya, nanti Ibu hubungi Bu Lola.” jawab saya datar dan ada rasa kecewa di dalamnya ,lalu saya tutup telpon. Ternyata suami saya bukan mau membelikan kasur springbed baru, tapi menyuruh saya menanyakan ke tetangga yang kena mutasi apakah kasurnya akan dijual murah or syukur-syukur bersedia diberikan secara gratis.

Pulang dari sekolah, saya sms Bu Lola mengucapkan selamat atas mutasinya dan sekaligus menanyakan apakah ada kasur yang akan ditinggalkan. Sore itu saya masih belum mendapat sms balasan dari Bu Lola. Kemudian saya minta tolong ke teman yang rumahnya lebih dekat dengan Bu Lola untuk menanyakan kalau ada kasur yang mau ditinggalkan akan saya ambil. Dua hari berselang, tiba-tiba sore hari Bu Lola datang ke rumah menawarkan kasur spirngbed.

“Bu, saya dapat kabar dari Bu Ben, katanya Ibu lagi cari kasur springbed ya?” Tanyanya ramah kepada saya. “Iya Bu, silahkan masuk dulu, ngobrolnya di dalam saja,” jawab saya riang mempersilahkan Bu Lola masuk ke rumah. Yess…Bu Lola datang mau menawarkan kasur springbed!!!  “Kebetulan kasur springbednya mau saya tinggal ukurannya 120×200 dua susun atas bawah, bagian bawah ada rodanya, merknya Central saya lepas dengan harga lima ratus rbu rupiah” lanjutnya. What??!? Lima ratus ribu?!?! (gumam saya dalam hati)

“Iya, segitu murah loh Bu, merknya Central, masih bagus saya baru beli setahun yang lalu,” kata Bu Lola seakan-akan bisa membaca isi pikiran saya. Saya tidak mampu menyembunyikan raut wajah saya yang tiba-tiba berubah sedikit kecewa ketika mendengar kata-kata lima ratus ribu rupiah tadi. “Oh..iya Bu,nanti saya ngobrol dulu sama suami,” kata saya sedikit canggung. “Silahkan main aja ke rumah Bu lihat langsung barangnya, saya tunggu ya di rumah. Itu sebetulnya sudah ada yang kepingin ngambil, tapi saya tahan dulu karena saya dapat kabar Ibu juga berminat,” lanjut Bu Lola, kemudian pamit pulang. “Terima kasih Bu,nanti saya main ke rumah.” kata saya.

Duh, lima ratus ribu…belum-belum saya sudah pesimis Papa Noor suami saya bakalan setuju dengan harga segitu. Malamnya saya ceritakan tentang penawaran dari Bu Lola. Dan sesuai dengan dugaan saya, Papa Noor keberatan kalau harus mengeluarkan uang lima ratus ribu rupiah untuk kasur springbed. “Tapi Pa,itu merknya Central bagus loh itu,” saya coba membujuk si Papa Noor. “Iya Bu, tapi kan sayang uang segitu bisa ditabung, nanti kalau kita pindah juga ga bisa kita bawa kasurnya,”kata si Papa Noor. “Kenapa? Ibu kepengen banget ya? Coba deh Ibu tawar harganya ke Bu Lola, kalau sekitar tiga ratus ribuan sih boleh deh kita beli,”lanjutnya. “Ya,nanti Ibu lihat dulu seperti apa barangnya,”jawab saya dengan wajah merengut. Yah, si Papa Noor gimana sih? Kayaknya gak niat beli dia, masa saya disuruh nawar-nawar lagi? Saya timbang-timbang lagi, saya lihat dan mencoba membayangkan jika kasur itu jadi saya beli. Di dalam kamar sudah ada satu kasur springbed abal-abal ukuran yang sama, kemudian kasur busa butut di karpet. Kalau masuk lagi satu kasur spirngbed ukuran 120×200 atas bawah, kayaknya kamar bakalan tambah penuh. Dan kalau bentuknya atas bawah begitu nanti akan sulit dibersihkan kolong kasurnya, nggak seperti yang sekarang, semua lantai kamar bisa disapu dan dipel setiap hari, karena setiap hari kasur busa butut kita simpan ke atas kasur spirngbed abal-abal dan karpet digulung. Saya pun bimbang.

Dua hari hujan turun terus menerus  dan saya nggak juga sempat main ke rumah Bu Lola untuk melihat kasur springbed. Sampai akhirnya kami bertemu di arisan komplek. Saya samperin Bu Lola, “Bu,maaf saya nggak sempet main ke rumah Ibu karena hujan. Dan setelah saya pikir-pikir saya nggak cocok dengan bentuk kasurnya atas bawah kayak gitu Bu, karena saya mencari yang kasurnya saja untuk di karpet,” saya sampaikan ke Bu Lola dengan hati-hati. “Oh gak apa-apa Bu, kebetulan sudah ada juga yang berminat. gak apa-apa kok Bu. Oh iya ada di rumah saya kasur busa kecil dan tempat tidurnya dari kayu, saya dulu bikin sendiri,kalau itu silahkan kalau Ibu mau ambil saya kasih aja gratis, ” jawab Bu Lola penuh pengertian kepada saya. Mendengar kata-kata “Gratis” mata saya langsung berbinar-binar. Duhh sebetulnya saya malu banget deh saat itu, tapi demi sebuah kasur baru gratis, saya coba singkirkan rasa malu itu jauh-jauh. “Besok pagi saya ke rumah Bu Lola ya,”jawab saya.

Sepulang arisan, saya sampaikan kabar gembira ini ke Papa Noor. Dan keesokan paginya saya mengajak anak-anak ke rumah Bu Lola. Bu Lola memperlihatkan kasur springbed yang akan dijualnya tetapi nggak jadi saya ambil itu…wow, masih bagus kondisinya, saya sedikit ngiler melihatnya. Kemudia Bu Lola memperlihatkan kasur busa yang akan diberikan kepada saya secara GRATIS. Kasur busa itu tipis, sarung busanya sudah terkoyak-koyak, kondisinya bagaikan langit dan bumi dengan kasur springbed yang ditawarkan seharga lima ratus ribu rupiah. Kalau kasur busa ini sih nggak jauh beda dengan kasur butut yang ada di rumah, malah lebih tipis :(. Tapi lumayan lah, gratis ini, nanti bisa dijemur dulu dan  bisa cari sarung kasur untuk menutupi sarung busa yang terkoyak itu. Anak-anak menggotong busa ukuran 100×200 cm itu pulang ke rumah, tak lupa saya pamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Bu Lola.

Sesampainya di rumah, Papa Noor melihat kasur baru yang berhasil kami dapatkan secara gratis. Dia tertawa, mengucapkan selamat datang dan langsung menggotongnya ke tempat jemuran untuk dijemur. Seharian si kasur butut baru kami jemur di bawah terik matahari, kami bersihkan, lalu menjelang sore kami bawa masuk ke kamar, kami pasangkan sprei dan anak-anak pun rebutan ingin tidur di kasur butut baru.

Hari Senin, saya coba mencari sarung kasur, harganya seratus ribu rupiah per pcs, saya beli satu dulu sarung kasur berwarna biru yang gambarnya Batman. Sampai di rumah saya cuci lalu saya jemur. Malamnya sarung kasur siap dipakaikan ke kasur butut baru. Anak-anak girangnya bukan main, mereka tambah berebutan ingin tidur di kasur butut baru.

Sekarang, kita punya satu kasur butut baru, meskipun sudah butut dan usang, saya coba mempermanisnya dengan sarung kasur, hasilnya lumayan. Jadi dengan modal hanya seratus ribu rupiah, sepertinya kini kami sudah cukup puas. Dengan adanya kasur butut baru ini, kami nggak lagi tidur berdesak-desakan. Karena bentuknya tipis setiap pagi si kasur-kasur butut kami naikkan ke atas kasur springbed abal-abal supaya lantai kamar bisa dibersihkan. Selamat bergabung kasur butut baru :).

Posted in Balikpapan

Kasur Angin Kempes…..Ooh….No!! (Serial Kasur Butut #3)

Balikpapan, 25 Mei 2013

Awal bulan Maret kemarin, kami kedatangan tamu istimewa dari Bandung. Yup, Eyangnya anak-anak alias Mamah dan Papapnya Papa Noor alias mertua saya yang  datang ke Balikpapan. Kami sekeluarga bukan main senangnya dikunjungi oleh Mamah dan Papap dari Bandung.

Untung saja, kasur angin sudah dapat kembali kami gunakan. Meskipun sering kempes, tapi kempesnya nggak parah, tinggal ditiup lagi beres bisa tidur dengan nyaman. Dan kali ini ketika kami kedatangan tamu, kasur angin dan kasur butut sangat dibutuhkan untuk temapt kami tidur.

Rencananya Mamah dan Papap mertua akan kami persilakan tidur di kasur angin dengan pertimbangan kasurnya lebih tebal dan baru nggak seperti si kasur butut yang tipis ini. Nanti anak-anak tidur di kasur springbed, saya dan Papa Noor tidur di kasur butut.

Mamah dan Papap mertua datang sore hari karena pesawat di-delay lama sekali, alhamdulillah mereka sampai di Balikpapan dengan selamat. Di rumah sejak siang sebetulnya saya sudah buatkan masakan, tapi karena pesawat delay, akhirnya masakan saya baru dimakan sore hari ketiak mereka sudah tiba di rumah. Kami mendapatkan banyak oleh-oleh dari Bandung :).

Malamnya, sesuai dengan rencana Mamah dan Papap mertua tidur di kasur angin. Baru beberapa menit mereka tidur di kasur angin, tiba-tiba kasur anginnya menggelembung setengah di bagian Papap mertua dan setengahnya lagi kempes persis di bagian Mamah Mertua :(. Sempat heboh, anak-anak juga kaget, saya dan Papa Noor kaget, Mamah dan Papap mertua apalagi bukan main kagetnya…..loh, kok bisa begini kasurnya??

Saya dan Papa Noor gak tega,lalu segera meminta Mamah dan Papap untuk pindah kasur ke kasur butut. Tadinya mereka gak mau, tapi setelah kami paksa akhirnya mereka mau. Kondisi kasur butut saat itu jauh lebih baik dibandingkan dengan si kasur angin yang sebelah melendung sebelah kempes :(.

Saya dan Papa Noor tidur di kasur angin….duuuuh aseli gak nyaman!!! Bayangkan saja berarti yang sebelah kebagian yang kempes dan  yang sebelahnya lagi kebagian yang melendung keras :(. Yang satu agak masuk ke dalam kasur, yang satu membumbul ke atas, kalau salah satu dari kami meninggalkan kasur angin bakalan nggak balance bahkan salah satu bakalan terlipat masuk dalam kasur.

Dan sodara-sodara…..selama dua minggu penuh saya dan Papa Noor gak punya pilihan lain harus tidur di kasur angin yang kondisinya seperti itu :(. Sudah dapat dipastikan badan jadi pegal-pegal setiap hari.

Tapi alhamdulillah masih ada kasur butut yang bisa ditiduri oleh Mamah dan Papap mertua. Mamah dan Papap mertua pun bisa tidur nyenyak di atas kasur butut.

Mamah dan Papap mertua hanya dua minggu di Balikpapan, kemudian mereka harus pulang lagi ke Bandung. Sepeninggal Mamah dan Papap mertua, kasur angin semakin memprihatinkan kondisinya. Dia bertambah kempes dan kempes dan kempes parah sampai akhirnya tidak bisa digunakan lagi dan terpaksa saya lipat. Usaha untuk membetulkan kasur angin pun sia-sia saja, segala daya upaya telah dilakukan, namun ia tetap saja kempes :(.

Sejak saat itu, kami kembali tidur di kasur butut. Selamat bertugas kembali kasur butut.

Posted in Balikpapan

Kabarnya Si Kasur Butut (Serial Kasur Butut #2)

Balikpapan, 27 Desember 2012

Menyambung cerita tentang Si Kasur Butut milik kami. Saat ini si Kasur Butut tampak semakin tipis saja. Entah karena mungkin sebelumnya sudah ada saingannya, yaitu si Kasur Angin yang kami beli karena ada discount di Hypermart waktu itu. Jadi si Kasur Butut ukurannya terlihat lebih kecil dan tipis.

Bukan maksud ingin menyaingi Kasur Butut, pertimbangan kami waktu itu membeli Kasur Angin adalah untuk persiapan kalau-kalau ada anggota keluarga dari Bandung yang akan berkunjung ke rumah dinas milik negara yang kita tinggali sekarang ini.  Kalau kasur angin bisa dilipat, jadi nggak akan ribet kalau kami bawa pindah kemana-mana. Dan kebetulan juga saat itu, pas kita sedang jalan-jalan ke Hypermart ada discount 50% untuk pembelian Kasur Angin, tanpa pikir panjang, kita langsung membeli Kasur Angin.

Saya lupa, kapan tepatnya membeli Kasur Angin, mungkin sekitar awal tahun ini. Sejak ada Kasur Angin ukuran 160×200 cm itu, memang kami akui kami agak mengabaikan si Kasur Butut. Maklum saja, kasur baru gitu loh! Selama ini kami tidur di kasur yang ukurannya sempit dan tipis, bertemu dengan kasur yang kondisinya agak lumayan, ya kami jadinya tiap malam kebayakan tidur di Kasur Angin (jadi rebutan).

Nggak ada pilihan lain, tidur di Kasur Angin, kalau belum terbiasa sebetulnya bikin sakit badan loh! Tapi itu awal-awalnya saja, lama-lama terbiasa juga *terbiasa pegal-pegal maksudnya* :). Masih mending di Kasur Angin lah, dari pada Kasur Butut yang sudah tipis itu. Anak-anak juga rebutan tidur di Kasur Angin, dalam sekejap Kasur Angin menjadi idola kami di rumah.

Saking senengnya, anak-anak tiap hari hobby sekali loncat-loncat di atas Kasur Angin. Sudah diingatkan berulang kali pun, hasilnya nihil, mereka tetap saja loncat-loncat. Mungkin karena Kasur Angin lebih membal, tidak seperti Kasur Butut.

Sayangnya, suatu malam ketika Si Sulung sedang belajar matematika dengan Papanya, tiba-tiba dia tidak sengaja, menusukkan ujung pensilnya yang tajam ke pinggir Kasur Angin. Tak lama kemudian terdengar suara…”Pessssss”…disertai angin dari pinggir kasur :(. Ya, Kasur Angin bolong dan kempess :(.

Malam itu Papa berusaha keras menambal lobang Kasur Angin, dan ditiup lagi supaya bisa digunakan. Kami sekeluarga cemas melihatnya, khawatir kalau Kasur Anginnya rusak, nanti bagaimana nasib kami? Untungnya si Kasur Angin bisa ditambal dan dipompa lagi oleh Papa, malam itu dan beberapa malam berikutnya kami masih bisa tidur di Kasur Angin.

Yah harap maklum lah, namanya juga ditambal pakai lakban, kemungkinan untuk kempes kembali itu masih sangat besar. Nggak jarang ketika kami tidur si Kasur Angin diam-diam kempes. Ketika bangun di pagi hari kami sudah tertidur di atas kasur kempes…..posisi badan kami masuk ke dalam kasur. Jangan ditanya bagaimana rasanya….karena yang pasti setelah itu badan kami akan pegal-pegal seharian.

Tidak putus asa, Papa pun kembali memperbaiki Kasur Angin yang kempes itu dengan menambalnya lagi pakai lakban hitam, dan setelah itu ditiupnya lagi sampai mengembang keras. Sementara itu si Kasur Butut masih bersandar manis di pinggir tembok, belum juga kami gunakan lagi.

Anak-anak masih saja terus loncat-loncat di atas Kasur Angin setiap hari setiap saat. Sampai suatu hari….muncul suara “Pesssss…..” kembali dari si Kasur Angin. Segera saya memeriksanya, saya pikir tambalan rusak lagi, namun setelah saya periksa, baik-baik saja. Tapi kenapa bunyi “Pessss” semakin kuat dan Kasur Angin semakin kempes? Oh tidak….saya memeriksa bagian tengah kasur, ternyata asal suara “Pessss” itu berasal dari tengah kasur, tapatnya bagian sambungan kain Kasur Angin :(. Saya temukan robek yang cukup lebar dan sepertinya akan sulit untuk ditambal :(. Oooh…tidaaaak….Kasur Angin ini nggak boleh kempes lagi….!!!Saya lari ke toko bangunan yang nggak jauh dari rumah, demi menyelamatkan si Kasur Angin. Saya membeli Super Glue, lem serba guna seharga enam ribu rupiah yang katanya bisa mengelem apa aja. Saya berharap super glue bisa menyelamatkan Kasur Angin dari kempes.

Saya sendiri yang melakukan proses penyelamatan si Kasur Angin sore itu. Saya berhasil mengelem bagian yang robek kemudian supaya kuat saya lakban dengan lakban hitam. Tapi ketika dicoba ditiup….masih keluar suara “Pessss….” Hiks…..:( Kasur Angin tidak bisa lagi digunakan karena bocor :(.

Akhirnya kami kembali lagi menggunakan si Kasur Butut yang sudah hampir setahun ini setia bersandar di pinggir tembok menunggu kami. Kasur Butut yang kelihatan sudah semakin renta ini, terlihat semakin kecil dan tipis saja dari hari ke hari. Apa boleh buat,dari pada harus tidur di lantai beralas karpet, mendingan tidur di Kasur Butut.

Komentar Papa setelah kejadian ini : “Ok, nanti Papa akan dekati teman Papa yang akan mutasi, siapa tau bisa diminta matras springbednya buat kita pakai.”
Saya : “-__-”

=====================================================
Update : Malam tahun baru Papa mencoba meniup kembali si kasur angin, ternyata bisa dan tidak kempes lagi,mungkin saat saya membetulkannya tempo hari lemnya belum kering, sehingga angin masih bisa keluar, tetapi ketika sudah didiamkan beberapa waktu, lemnya kering dan merekat sempurna, saat ini kami sudah menggunakan kembali si kasur angin, semoga nggak kempes-kempes lagi, kecuali memang sengaja kami lipat,amin. *mohon doanya*

Posted in Balikpapan

Cinta Dalam Selembar Kasur Butut (Serial Kasur Butut #1)

Balikpapan, 6 Oktober 2011

Saya akui memang saya ini orangnya narsis, suka heboh sama segala hal. Namun ijinkan saya untuk menorehkan kehebohan saya di blog saya sendiri ya! Hehehe 🙂

Iya, ini baru pertama kalinya saya ngikut suami pindahan jauh keluar pulau Jawa seperti sekarang ini. Meskipun jaman dahulu bolak-balik pindah ikut orang tua tugas disana-sini, gak dihitung ya, soalnya jaman dulu mah mo dibawa pindah kemana aja rasanya asyik-asyik aja, gak usah mikir apa-apa. Nggak kayak sekarang.

Sebelum pindah dari Cibubur, saya transit di Bandung selama kurang lebih sebulan. Di Bandung ini karena rasa sayangnya, baik mama saya sendiri maupun mama mertua selalu bercerita tentang pengalaman mereka pindah-pindah tugas melanglang buana menyambangi daerah-daerah di seluruh Indonesia. Dan cerita serta nasehat mereka sama plek. Intinya mereka berharap agar saya tegar mendampingi suami tugas dimanapun, dalam senang maupun susah.

Terus terang, mo pindahan kali ini nih beruntun beberapa kejadian sebelumnya yang menguras tenaga, perasaan dan biaya. Istilahnya kebernian kita untuk pindah betul-betul dilatari oleh keyakinan bahwa kita bisa dan yakin rejeki sudah diatur oleh Allah SWT, tinggal kitanya mau tidak  berusaha keras. Menurut hitung-hitungan manusia mah kagak mungkin dah, tapi kita percaya Allah lah yang Maha segalanya.

Untuk renovasi rumah, kita sempet pinjem uang sama ortu, supaya rumah dines ini layak dihuni. Karena suami gak terbiasa punya hutang, setelah dapet uang pindah dari kantor, cepat-cepat kami kembalikan uang pinjamannya. Untuk sekolah dan biaya pindahan dibayar pakai gaji. Otomatis segala sesuatunya nggak boleh neko-neko, harus sederhana dan apa adanya.

Salah satu untuk menghemat pengeluaran, suami saya yang sudah pindah duluan ke Balikpapan bertugas  merenovasi rumah dinas, mencari sekolah anak-anak, dan berburu barang bekas berupa perabotan rumah (lemari, kasur, tempat tidur,karpet, tabung gas sampai panci :)). Berburu ke temen-temennya yang mau pindah dari daerah sini. Lumayan, hasil perburuan dapet peninggalan lemari bekas 2 unit, meja setrikaan, panci, sebuah spring bed ukuran 120x 200m, dan dua buah kasur busa  butut ukuran 160x200m, yang satu sudah sobek-sobek yang satu lagi terbungkus sarung kasur dari sononya….(lumayan kan?). Oh iya kita juga dapet karpet tebal ukuran besar 2 lembar dengan harga murah.

Nah, si kasur butut ini nih yang bikin saya kemarin menangis bahagia. Pasalnya setelah dipertimbangkan masak-masak, kita memutuskan untuk tidak membeli kasur baru, anggarannya dialihkan untuk keperluan yang lain, karena sudah ada si kasur butut ini. Untuk mengakali supaya nggak terlalu butut, waktu di Bandung saya beli sarung kasur 2 buah, harganya jauuuh lah yaw dengan kalau membeli kasur baru. Kedua kasur butut itu kita jadikan satu dimasukkin ke dalam satu lembar sarung kasur yang kita beli di Bandung. Kita pun mewanti-wanti kepada anak-anak, supaya tidak ngompol atau muntah di kasur, soalnya kalau ngompol atau muntah kasurnya bakalan cepet rusak, secara kondisinya memang sudah cukup memprihatinkan. Eh, dasar anak-anak, masih aja ada yang ngompol dan muntah di kasur. Mau nggak mau sarung spreinya dibuka, kasurnya dijemur dan sarungnya dicuci. Bener aja, pas kasurnya dijemur, busanya pada ngeburudul kemana-mana. Dan ketika saya menyetrika sarung spreinya, saya baru ‘ngeh kondisi sarung kasur bawaan si kasur butut itu kondisinya nggak kalah memprihatinkan. Ada bolong dimana-mana, ada beberapa sobekan cukup besar, dan banyak corat-coret spidol :(.

Selesai menyetrika, saya jahit bagian yang sobek dan bolong-bolong itu. Ketika sedang menjahit itulah, saya menangis bahagia. Karena saya baru memahami nasehat dari mama dan mama mertua yang sering mereka sampaikan kepada saya tempo hari itu. Bahagia rasanya bisa mendampingi suami, meskipun semua dibalut dalam kesederhanaan, keterbatasan dan sampai harus tidur di kasur butut, namun rasa cinta dan bahagia itu rasanya melimpah ruah melingkupi kami sekeluarga :). Ah,  kalau tidak ada si kasur butut ini, belum tentu saya merasakan rasa bahagia sebesar ini.

*alhamdulillah…terima kasih Ya Allah*