Balikpapan, 25 Mei 2013
Kisah ini baru saja terjadi, beberapa minggu yang lalu. Suatu siang, ketika saya sedang asyik duduk-duduk di gazeebo tempat mengunggu anak di sekolah, tiba-tiba suami menelpon :
“Bu, mau kasur springbed yang baru ngga?”
Tiba-tiba ditanya seperti itu oleh suami, sontak membuat saya sangat surprise,jantung saya nyaris berhenti saking kagetnya. Apaa?? Papa Noor nawarin saya kasur springbed?? Gak salah nih??… Otomatis pikiran saya langsung melayang-layang ke kasur butut yang selama ini kami pakai di rumah. Kasur butut yang terdiri dari dua lapis busa yang sudah agak murudul (ini bahasa sunda yang artinya busanya ngebrudul…haduuuh apa ya bahasa Indonesianya yang benar??) dan kami beri sarung kasur untuk membuat nyaman saat digunakan tidur. Saat ini kami masih bertahan menggunakan si kasur butut itu. Tepatnya terpaksa kami pertahankan dari pada harus tidur di atas karpet, duh gak kebayang sakit badan. Rasanya si kasur makin hari terasa semakin menipis dan ukurannya bertambah sempit. Rasa gak nyaman itulah yang setiap hari membuat saya terus berangan-angan ingin memiliki kasur springbed. Dan di suatu hari di siang bolong, gak ada angin gak ada hujan dan rasa-rasanya semalam saya pun gak bermimpi apa-apa, tiba-tiba suami menelpon menawarkan apakah saya mau kasur springbed? Asli, saya masih tidak percaya!
“Papa mau beli kasur springbed?” Tanya saya tiba-tiba sumringah berbinar-binar penuh semangat tapi ada sedikit perasaan kasihan dan khawatir kepada suami saya. Beli kasur springbed baru, uangnya dari mana? Apakah selama ini Papa Noor kasihan melihat saya yang selalu berangan-angan ingin tidur di kasur springbed, sehingga dia berusaha keras menyisihkan uang untuk ditabung dan dibelikan kasur impian saya? Hiks…saya selama ini berarti sudah su’uzdon pada suami saya, saya sering menganggap dia terlalu pelit. Alasan Papa Noor tidak mau membeli kasur baru adalah karena nanti kalau kita pindah kasurnya susah dibawa pindah-pindah. Betul juga sih, beli mahal-mahal kalau ujung-ujungnya dijual murah ke orang lain pada saat kita pindah kan sayang juga ya.
“Hari ini ada pengumuman mutasi Bu, dan kebetulan Bu Lola akan dimutasi ke Bandung,kalau nggak salah Bu Lola punya kasur springbed yang bagus, Ibu segera kontak Bu Lola ya, siapa tau kasurnya dijual murah atau malah syukur-syukur dikasihkan gratis buat kita.” lanjut suami saya di ujung sana dengan kalem.
Mendengar jawaban suami, saya menelan ludah, wajah sumringah dan berbinar-binar yang beberapa detik yang lalu sempat mampir di wajah saya kini lenyap seketika. Yes, he is my husband….gak mungkin banget dia mengeluarkan uangnya begitu saja untuk hal-hal yang gak pokok dan gak urgent.
“Ya, nanti Ibu hubungi Bu Lola.” jawab saya datar dan ada rasa kecewa di dalamnya ,lalu saya tutup telpon. Ternyata suami saya bukan mau membelikan kasur springbed baru, tapi menyuruh saya menanyakan ke tetangga yang kena mutasi apakah kasurnya akan dijual murah or syukur-syukur bersedia diberikan secara gratis.
Pulang dari sekolah, saya sms Bu Lola mengucapkan selamat atas mutasinya dan sekaligus menanyakan apakah ada kasur yang akan ditinggalkan. Sore itu saya masih belum mendapat sms balasan dari Bu Lola. Kemudian saya minta tolong ke teman yang rumahnya lebih dekat dengan Bu Lola untuk menanyakan kalau ada kasur yang mau ditinggalkan akan saya ambil. Dua hari berselang, tiba-tiba sore hari Bu Lola datang ke rumah menawarkan kasur spirngbed.
“Bu, saya dapat kabar dari Bu Ben, katanya Ibu lagi cari kasur springbed ya?” Tanyanya ramah kepada saya. “Iya Bu, silahkan masuk dulu, ngobrolnya di dalam saja,” jawab saya riang mempersilahkan Bu Lola masuk ke rumah. Yess…Bu Lola datang mau menawarkan kasur springbed!!! “Kebetulan kasur springbednya mau saya tinggal ukurannya 120×200 dua susun atas bawah, bagian bawah ada rodanya, merknya Central saya lepas dengan harga lima ratus rbu rupiah” lanjutnya. What??!? Lima ratus ribu?!?! (gumam saya dalam hati)
“Iya, segitu murah loh Bu, merknya Central, masih bagus saya baru beli setahun yang lalu,” kata Bu Lola seakan-akan bisa membaca isi pikiran saya. Saya tidak mampu menyembunyikan raut wajah saya yang tiba-tiba berubah sedikit kecewa ketika mendengar kata-kata lima ratus ribu rupiah tadi. “Oh..iya Bu,nanti saya ngobrol dulu sama suami,” kata saya sedikit canggung. “Silahkan main aja ke rumah Bu lihat langsung barangnya, saya tunggu ya di rumah. Itu sebetulnya sudah ada yang kepingin ngambil, tapi saya tahan dulu karena saya dapat kabar Ibu juga berminat,” lanjut Bu Lola, kemudian pamit pulang. “Terima kasih Bu,nanti saya main ke rumah.” kata saya.
Duh, lima ratus ribu…belum-belum saya sudah pesimis Papa Noor suami saya bakalan setuju dengan harga segitu. Malamnya saya ceritakan tentang penawaran dari Bu Lola. Dan sesuai dengan dugaan saya, Papa Noor keberatan kalau harus mengeluarkan uang lima ratus ribu rupiah untuk kasur springbed. “Tapi Pa,itu merknya Central bagus loh itu,” saya coba membujuk si Papa Noor. “Iya Bu, tapi kan sayang uang segitu bisa ditabung, nanti kalau kita pindah juga ga bisa kita bawa kasurnya,”kata si Papa Noor. “Kenapa? Ibu kepengen banget ya? Coba deh Ibu tawar harganya ke Bu Lola, kalau sekitar tiga ratus ribuan sih boleh deh kita beli,”lanjutnya. “Ya,nanti Ibu lihat dulu seperti apa barangnya,”jawab saya dengan wajah merengut. Yah, si Papa Noor gimana sih? Kayaknya gak niat beli dia, masa saya disuruh nawar-nawar lagi? Saya timbang-timbang lagi, saya lihat dan mencoba membayangkan jika kasur itu jadi saya beli. Di dalam kamar sudah ada satu kasur springbed abal-abal ukuran yang sama, kemudian kasur busa butut di karpet. Kalau masuk lagi satu kasur spirngbed ukuran 120×200 atas bawah, kayaknya kamar bakalan tambah penuh. Dan kalau bentuknya atas bawah begitu nanti akan sulit dibersihkan kolong kasurnya, nggak seperti yang sekarang, semua lantai kamar bisa disapu dan dipel setiap hari, karena setiap hari kasur busa butut kita simpan ke atas kasur spirngbed abal-abal dan karpet digulung. Saya pun bimbang.
Dua hari hujan turun terus menerus dan saya nggak juga sempat main ke rumah Bu Lola untuk melihat kasur springbed. Sampai akhirnya kami bertemu di arisan komplek. Saya samperin Bu Lola, “Bu,maaf saya nggak sempet main ke rumah Ibu karena hujan. Dan setelah saya pikir-pikir saya nggak cocok dengan bentuk kasurnya atas bawah kayak gitu Bu, karena saya mencari yang kasurnya saja untuk di karpet,” saya sampaikan ke Bu Lola dengan hati-hati. “Oh gak apa-apa Bu, kebetulan sudah ada juga yang berminat. gak apa-apa kok Bu. Oh iya ada di rumah saya kasur busa kecil dan tempat tidurnya dari kayu, saya dulu bikin sendiri,kalau itu silahkan kalau Ibu mau ambil saya kasih aja gratis, ” jawab Bu Lola penuh pengertian kepada saya. Mendengar kata-kata “Gratis” mata saya langsung berbinar-binar. Duhh sebetulnya saya malu banget deh saat itu, tapi demi sebuah kasur baru gratis, saya coba singkirkan rasa malu itu jauh-jauh. “Besok pagi saya ke rumah Bu Lola ya,”jawab saya.
Sepulang arisan, saya sampaikan kabar gembira ini ke Papa Noor. Dan keesokan paginya saya mengajak anak-anak ke rumah Bu Lola. Bu Lola memperlihatkan kasur springbed yang akan dijualnya tetapi nggak jadi saya ambil itu…wow, masih bagus kondisinya, saya sedikit ngiler melihatnya. Kemudia Bu Lola memperlihatkan kasur busa yang akan diberikan kepada saya secara GRATIS. Kasur busa itu tipis, sarung busanya sudah terkoyak-koyak, kondisinya bagaikan langit dan bumi dengan kasur springbed yang ditawarkan seharga lima ratus ribu rupiah. Kalau kasur busa ini sih nggak jauh beda dengan kasur butut yang ada di rumah, malah lebih tipis :(. Tapi lumayan lah, gratis ini, nanti bisa dijemur dulu dan bisa cari sarung kasur untuk menutupi sarung busa yang terkoyak itu. Anak-anak menggotong busa ukuran 100×200 cm itu pulang ke rumah, tak lupa saya pamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Bu Lola.
Sesampainya di rumah, Papa Noor melihat kasur baru yang berhasil kami dapatkan secara gratis. Dia tertawa, mengucapkan selamat datang dan langsung menggotongnya ke tempat jemuran untuk dijemur. Seharian si kasur butut baru kami jemur di bawah terik matahari, kami bersihkan, lalu menjelang sore kami bawa masuk ke kamar, kami pasangkan sprei dan anak-anak pun rebutan ingin tidur di kasur butut baru.
Hari Senin, saya coba mencari sarung kasur, harganya seratus ribu rupiah per pcs, saya beli satu dulu sarung kasur berwarna biru yang gambarnya Batman. Sampai di rumah saya cuci lalu saya jemur. Malamnya sarung kasur siap dipakaikan ke kasur butut baru. Anak-anak girangnya bukan main, mereka tambah berebutan ingin tidur di kasur butut baru.
Sekarang, kita punya satu kasur butut baru, meskipun sudah butut dan usang, saya coba mempermanisnya dengan sarung kasur, hasilnya lumayan. Jadi dengan modal hanya seratus ribu rupiah, sepertinya kini kami sudah cukup puas. Dengan adanya kasur butut baru ini, kami nggak lagi tidur berdesak-desakan. Karena bentuknya tipis setiap pagi si kasur-kasur butut kami naikkan ke atas kasur springbed abal-abal supaya lantai kamar bisa dibersihkan. Selamat bergabung kasur butut baru :).