Posted in #BukanSuperMom, Anak-Anak, curcol

Belajar Beradaptasi (Bagian 1)

image
Samboja – Kutai Kartanegara (foto : koleksi pribadi)

Salah satu tantangan hidup berpindah-pindah adalah harus berulang kali belajar beradaptasi dengan lingkungan baru. Urusan pindah bukan perkara mudah, selain membutuhkan biaya juga menguras waktu dan tenaga. Mau pindah kemana pun tantangannya sama saja, harus belajar beradaptasi supaya bisa bertahan hidup. Dimana pun kita berada pasti ada yang membuat senang dan betah ada juga yang menyebalkan,  tidak ada yang 100% sempurna.

Beberapa minggu belakangan saya sering mendengar si Sulung mengatakan ,”Orang yang nggak kepake.” Awalnya saya tidak mengerti apa maksudnya. Kemudian Sulung bercerita kalau di kelasnya ia termasuk dalam golongan “orang yang nggak kepake” . Ia menjelaskan maksud dari “orang yang nggak kepake” itu adalah orang-orang yang nggak punya teman di kelas, misalnya kalau ada tugas berkelompok  nggak ada yang mau mengajak gabung kelompoknya dan  selalu ditolak di sana sini. Di kelas si Sulung ada beberapa anak yang masuk dalam golongan ini, termasuk si Sulung sendiri.

Lain waktu, ketika sedang mengerjakan tugas membuat pidato perpisahan Sulung bicara kepada saya, “Ma, aku kan orang baru di sini. Aku belum terlalu kenal sama teman-teman di kelas, jadi nggak ada kesan dan kenangan sama mereka.” Di dalam teks pidatonya anak-anak disuruh menyebutkan kenangan-kenangan bersama teman-teman sekelasnya, sementara anak saya baru pindah ke sini.

Saya setiap hari mengantar jemput anak-anak ke sekolah. Kebetulan jam belajarnya Sulung dan Bungsu berbeda, Sulung selalu masuk pagi dan Bungsu ada masuk paginya ada masuk siangnya. Waktu mengantar Bungsu ke sekolah, pas waktunya anak-anak sitirahat. Dari kejauhan saya melihat si Sulung sedang bersama temannya, tidak seperti anak-anak yang lain….dia kebanyakan diam di pinggir sambil melihat temannya bermain. Waktu saya tanya kenapa dia cuma berdiri saja nggak ikut main sama teman-taman lainnya? Jawabnya, ” Kadang aku nggak dibolehin ikut main sama teman-teman ku.”

Itulah beberapa contoh ungkapan ketidaknyamanan si Sulung dengan lingkungan barunya. Sebagai seorang ibu, saya suka merasa sedih dan kasihan sama dia apalagi waktu dia bilang bahwa dirinya termasuk dalam golongan anak yang nggak kepake itu.  Sulung harus pindah saat kenaikan kelas 6, dimana dalam waktu dekat ia akan menghadapi Ujian nasional dan Ujian Sekolah. Selain harus menyiapkan diri dengan belajar, ia harus bisa survive dengan lingkungan di sekolah barunya ini. Urusan pergaulan dengan teman-temannya nggak bisa danggap remeh, soalnya ini urusan hati. Saya nggak mau mentalnya down gara-gara masalah pertemanan.

Selain dengan doa, saya berusaha mensupport dia dengan cara membesarkan hatinya. Saya selalu bilang bahwa kalau dia mau dianggap oleh teman-temannya, maka dia harus buktikan dengan prestasi. Bukan dengan membalas olok-olok dan perbuatan temannya yang tidak menyenangkan itu. Tidak mudah bagi si Sulung untuk mencerna kata-kata saya ini dan mempraktekkannya di kehidupan nyatanya. Jatuh bangun lah saat itu menghadapi dia yang menjadi rewel dan banyak tingkah.  Iya, jatuh bangun karena berbarengan dengan tingkahnya ini, ia harus tetap saya ingatkan untuk belajar dan belajar agar nilainya bagus. Kadang ia marah ketika saya ingatkan untuk belajar. Kadang ia malah sengaja tidur, bukannya belajar….padahal besok harus menghadapi ulangan. Nggak jarang saya dan dia beradu mulut gara-gara urusan ini. Tapi kadang ia dengan kesadaran sendiri belajar sampai tengah malam (padahal keesokan harinya sebelum subuh ia harus sudah bangun untuk persiapan berangkat sekolah).

Saya juga mengingatkan ia untuk selalu ingat kepada Tuhannya. Karena kepada Tuhan lah tempat manusia bergantung dan meminta permohonan. Alhamdulillah Sulung rajin shalat dan mengaji. (Teruskan ya Nak sampai akhir hayat mu!)

Support saya dalam bentuk lain adalah berusaha aktif bergaul dengan ibu-ibu orang tua murid kelas 6. Karena di sini keberadaan forum orang tua sangat penting dalam menunjang kegiatan anak-anak di sekolah. Semua informasi tentang kegiatan sekolah datangnya cepat sekali dari para ibu yang tergabung dalam forum ini. Karena saya orang baru, saya sadar diri dan harus mau ikut serta bergabung  dengan ibu-ibu ini. Padahal sebetulnya saya orang yang nggak mudah bergaul. Alhamdulillah beberapa orang pengurusnya baik sekali pada saya. Mereka yang memasukkan saya ke dalam group bbm kelas 6, sehingga kalau ada informasi tentang sekolah saya bisa cepat tahu.  Saya sendiri berusaha untuk pro aktif lah, kalau ada apa-apa cepat tanggap, nggak banyak protes dan rewel ini itu.

Salah satunya yang sempat bikin saya khawatir adalah ketika anak-anak kelas 6 harus membuat kelompok menari tarian tradisional untuk ujian sekolah bulan Maret nanti. Anak saya cerita ke saya kalau dia nggak dapat kelompok. Teman-temannya nggak ada yang mau menerima dia sebagai anggota kelompoknya. Waaa….saya sedih sekali mendengarnya 😦 😦 😦 . Ya sudah, saya bilang…kalau memang nggak punya kelompok ya nggak apa-apa. Jangan khawatir, don’t be sad (ini yang sad malah Emaknya), kamu nari aja sendiri, nanti kita belajar sendiri dari youtube kan bisa! Si Sulung setuju dengan usulan saya, kami pun mulai mencari tarian tradisional yang gampang dipelajari dari youtube. Eh, nggak lama kemudian saya tiba-tiba dapat bbm dari ortu murid kelas 6 yang mengajak si Sulung untuk bergabung dengan anaknya. Alhamdulillah, lega sekali rasanya (ini beneran ya yang rempong malah Emaknya…hahaha). Lalu saya bilang ke Sulung, “Ini nih Mamanya si A ngajakin kamu gabung ke kelompok tarinya, besok kalian sudah mulai latihan”. Mendengar hal ini si Sulung malah galau, “Memang boleh sama si A? Soalnya kemarin aku ditolak masuk kelompoknya A. Ditolak berkali-kali.” Saya bilang, “Ya, nanti kamu bilang aja sama si A, yang ngajak kamu gabung itu Mamanya dia, bukan kamu yang minta-minta diajakin gabung.” sambil saya perlihatkan bbm dari Mamanya A ke si Sulung. Alhamdulillah urusan menari beres.

Pak Suami selalu mengingatkan saya untuk tetap mengambil ‘jarak’ dengan si Sulung. Maksudnya agar saya tidak terlalu mengkhawatirkan dia. Saya harus bisa melepaskan dia supaya dia bisa merasakan asam garam dalam pergaulan. Kalau saya lindungi terus justru kasihan dia nggak bisa survive. Iya, benar juga sih.

Nak, hidup dimana pun itu sama. Kita harus belajar beradaptasi dengan lingkungan. Nggak boleh membanding-bandingkan tempat yang lama dengan yang baru. Tempat yang lama akan menjadi kenangan kita selamanya dan di tempat yang baru kita mulai lagi berjuang dari NOL. Jangan takut, teruslah berbuat kebaikan, karena kebaikan itu sejatinya akan kembali kepada diri kita sendiri. Bantulah orang lain yang kesulitan , karena dikala kita mendapatkan kesulitan, ada orang lain yang menolong kita. Permudah urusan orang lain, karena ketika urusan kita dipermudah kita merasakan bahagia bukan? Kamu juga harus tahu, yang hidupnya berpindah-pindah itu bukan cuma kita saja. Banyak teman-teman mu yang harus mengalami ini.  Ibu dan Papa mu juga sejak kecil harus ikut berpindah-pindah, karena Mbah Akung dan Eyang Papap  harus pindah-pindah dinasnya. Sama kok, kami juga dulu harus  merasakan nggak nyaman ketika berjuang dan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda-beda.

Alhamdulillah hasil semester ganjil kemarin memuaskan, walaupun tidak menduduki peringkat kelas, si Sulung tidak termasuk ke dalam kelompok anak-anak yang harus dikarantina.

Terima kasih ya Nak! Benar kan, kamu BISA! Pasti bisa, iya…kamu pasti bisa!!!

We love you.

Posted in Buku

Buku : “Anak Muda Keren Akhir Jaman”

image

Judul : Anak Muda Keren Akhir Jaman
Penulis : Hardita Amalia. S.L, M.Pd.I
Penerbit : QIBLA, PT. Bhuana Ilmu Populer, Gramedia
Tahun Terbit : 2015
Tebal : 263 halaman

Menjalani masa muda itu tidak mudah. Apalagi di tengah-tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat seperti saat ini, yang membuat informasi sangat deras tak terbendung datang dari mana saja.

Karakter anak muda itu suka coba-coba, sangat menyukai sesuatu yang menantang adrenalinnya, punya idealisme yang tinggi, punya segudang talenta dan semangat yang berapi-api. Semua hal entah itu yang baik maupun yang buruk bisa saja dengan mudah dilihat dan ditiru oleh mereka. Saat ini banyak generasi muda Muslim yang kehilangan jati dirinya, kenapa? Karena mereka hanya mengikuti apa yang sedang menjadi trend saat ini, dan tidak tahu apakah trend yang mereka ikuti sesuai tidak dengan ajaran agamanya. Mereka tidak mengenal Tuhan-nya yaitu Allah SWT, tidak mengenal teladannya Rasulullah SAW dan memisahkan Islam dari tatanan kehidupannya. Tidak sedikit yang hidupnya menjadi sia-sia dan sengsara karena hal ini.

Kenapa sih hidup itu harus berlandaskan agama? Karena Islam telah mengatur semua aspek kehidupan kita baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia. Tujuan hidup seorang Muslim itu jelas yaitu beribadah mencari ridha Allah SWT berpedoman pada Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat. Generasi muda Muslim saat ini memiliki tantangan yang cukup berat, karena harus menghadapi arus informasi dan gaya hidup yang semakin jauh dari ajaran agama.

Dalam bukunya, Hardita Amalia menjelaskan bahwa meskipun tantangan menjadi generasi muda Muslim itu cukup berat, bukan berati mustahil untuk menjadi generasi muda Muslim yang keren. Keren yang seperti apa sih? Yaitu menjadi generasi muda yang dicintai Allah SWT, menjadi kebanggaan orang tua, keluarga dan bermanfaat bagi masyarakat. Penulis memotivasi anak muda agar tidak terseret dalam arus pergaulan yang salah dan menyebabkan hidup menjadi sia-sia.

Anak muda keren akhir jaman bukanlah anak muda biasa, tetapi anak muda yang siap menggadaikan diri dan hidupnya demi Allah, Rasulullah dan Islam. Karena yakin akan janji Allah SWT yaitu memperoleh ridha dan surga-Nya. Allah SWT akan membalas setiap kesabaran menahan hawa nafsu yang bergejolak, setiap kebaikan yang kita perbuat, setiap amal soleh yang kita lakukan, dan setiap jerih payah kita dalam berdakwah. Anak muda Muslim itu harus 3K, keren agamanya, keren dunianya dan keren akhiratnya.

Penulis memberikan contoh para pemuda dan pemudi Muslim yang berhasil menjadi orang-orang keren yang kesuksesannya bisa dijadikan teladan seperti Hari Moekti, alm. Ustad Jefri Al-Buchori, Oki Setiana Dewi, DR. Khoirul Anwar, DR. ING H. Fahmi Amhar, Habibie Afsyah, Mirza Ghulam Ahmad, Ahmad Ri’fai Rif’an, Ustad Felix Siauw, dan Ibu Een. Juga kisah-kisah sahabat Rasulullah seperti Mus’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Al-Arqam bin Abil Arqam, kisah ashabul kahfi dan lain-lain.

Disampaikan dengan bahasa ringan yang mudah dipahami oleh anak muda saat ini. Pembaca tidak akan merasa sedang diberi ceramah yang membosankan karena penulis menuliskannya secara apik dan runut. Penulis banyak menyelipkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadist-hadist serta quotes yang memberikan kita landasan pengetahuan agama yang dapat membangkitkan semangat untuk terus menerus memperbaiki diri. Quotes favorit saya :

Syair dari Ali bin Abi Thalib :
Cinta kepada Allah itu laksana api, apa pun yang dilewatinya akan terbakar
Cinta kepada Allah itu laksana cahaya, apa pun yang dikenainya akan bersinar
Cinta kepada Allah itu langit, apa pun yang di bawahnya akan ditutupinya
Cinta kepada Allah itu laksana angin, apa pun yang ditiupNya akan digerakkanNya
Cinta kepada Allah itu laksana air dengannya, Allah menghidupkan segalanya
Cinta kepada Allah itu laksana bumi, dari situ Allah menumbuhkan segalanya
Kepada siapa yang mencintai Allah, Dia berikan kekuasaan dan kekayaan

Dan yang satu ini :

“Wahai manusia…
Engkau datang ke dunia ini dalam keadaan menangis, sementara orang-orang menyambutmu dengan senyum kebahagiaan
Maka, bekerja keraslah selama hidup, berbuat baiklah, tolonglah sesamamu dan mengabdilah kepada Tuhanmu
Dengan cara seperti ini engkau bisa meninggalkan dunia ini dalam keadaan tersenyum,
Sementara…orang-orang di sekitarmu menangis sedih karena telah ditinggalkan oleh orang yang paling bermakna dalam kehidupannya
Be the best Muslim generation”

Bagi saya pribadi yang sudah menjadi ibu-ibu, banyak hal yang bisa saya ambil dari buku ini untuk memberi vitamin bagi jiwa saya. Nggak heran kalau saya telah membaca buku ini berulang kali.

Buku ini merupakan buku wajib sih kalau menurut saya, buku yang wajib dibaca oleh anak muda Muslim, karena buku ini akan menuntun mereka untuk menjadi orang yang tangguh di masa depan. Dan tentu saja buku ini akan saya wariskan untuk kedua anak saya yang sebentar lagi akan beranjak menjadi pemuda. Semoga dengan membaca buku ini mereka menjadi faham jalan mana yang harus mereka tapaki di masa depan, agar bisa menggapai Cinta dan Jannah-Nya.

Posted in Renungan

Resolusi 2016

Gara-gara membaca postingan Ibu ini saya jadi kepikiran terus mengenai nasib blog-blog saya.

Saya menulis blog dari tahun 2005,  ini blog saya yang pertama NooR FaMiLy . Isinya semacam diary tentang aktivitas saya sehari-hari sebagai working mom yang harus menjalani Long Distance Realtionship (LDR) dengan suami dan punya dua anak laki-laki yang waktu itu masih balita dan batita.

Kemudian tahun 2006 saya membuat blog khusus membahas soal dapur (waktu itu saya hobby bikin kue) di BeRmAiN Di DaPuR-lah hasil karya kue buatan saya diabadikan (mulai dari resep sampai kadang terselip kisah di balik pembuatannya ).

Di tahun yang sama saya membuat blog di Multiply (MP) yang saya beri judul “Kampanye ASI Si Ibu” berisi tentang kisah saya dan teman-teman di pabrik yang berjuang untuk ASI Eksklusif. Sayang gara-gara masalah sepele (waktu lagi mau posting si bungsu ikut pencet-pencet keyboard…dilalah, taunya blog MP saya terhapus). Hanya ada satu tulisan yang bisa diselamatkan karena saya menuliskannya menggunakan pena dan kertas dan sahabat saya mengetik ulang tulisan tentang Perjuangan ASI Mbak Kemijem.

Tahun 2010 saya membuat blog lagi Noor Family isi blog saya masih tentang cerita keseharian saya. Hanya yang ini berbeda dengan yang di blogspot. Kali ini saya banyak bercerita tentang suka duka saya setelah menjadi full time mom. Ya kebanyakan curhat sih isinya, maklum masih umur dua puluhan, masih muda…hehehe. Selain tentang curhat menjadi FTM, isi blog ini juga tentang pengalaman saya pindah ke luar pulau.

Bersamaan dengan blog ini saya juga membuat blog yang isinya tulisan fiksi saya di sini . Blog ini sengaja tidak saya publish karena belum pe-de 😀 😀 😀

Saya sempat vakum menulis karena satu dan lain hal. Bahkan saya berniat tidak akan menulis blog lagi. Ternyata saya nggak tahan, akhirnya lahirlah blog ini tahun 2014. Iya, usia blog ini masih muda tapi yang menulis sudah tidak muda 😀 . Isinya kebanyakan renungan tentang kehidupan yang terjadi di depan mata saya sehari-hari. Kalau pun curhat nggak seperti jaman dulu yang rasanya lebih berani mengungkapkan sesuatu. Kalau sekarang saya lebih banyak berpikir dan mencari kata-kata yang lebih halus.

Saya suka berbagi dan menulis, mungkin karena itu saya tidak punya target apa-apa dalam nge-blog (termasuk menjadikan blog saya sebagai penghasilan tambahan). Pokoknya saya ingin berbagi dan menulis, itu saja titik. Kalau ada yang tahu blog saya sejak awal, mungkin paham bahwa blog saya adalah kisah perjalanan hidup saya. Blog yang lama sengaja tidak saya hapus dan saya diamkan saja, paling saya beri tanda bahwa blog saya sudah pindah ke alamat baru. Sebetulnya ini tanda bahwa saya sudah ke tahap kehidupan selanjutnya. Masa lalu adalah cambuk dan pelajaran berharga agar saya bisa melangkah ke masa depan lebih baik lagi. Apa yang saya tulis di blog adalah warisan untuk orang-orang yang saya cintai, siapa lagi kalau bukan suami, anak-anak dan keluarga besar kami. Ada banyak kisah, pengalaman dan kenangan di dalamnya. Saya bisa mati kapan saja, tapi tulisan ini harus terus ada untuk anak cucu saya nanti.

Kembali ke paragraf pertama mengenai kerisauan saya, saya harus bersiap dari sekarang untuk menyelamatkan tulisan-tulisan saya ini. Kayaknya ini bakalan menjadi resolusi di tahun 2016, semoga.