Posted in Binatang Peliharaan

Ternyata Merawat Anak Kucing Itu…..

Hari ini saya mau cerita tentang perkembangan anak-anaknya Ncan. Beberapa waktu yang lalu di sini saya pernah cerita tentang proses kelahiran bayi kucing , bayinya Ncan kucing kami. Ketika bayi-bayi tersebut berusia satu minggu, kami terpaksa meninggalkan mereka di teras rumah, karena saya dan keluarga liburan di Bandung selama dua minggu. Ternyata selama kami pergi Ncan memindahkan bayinya entah kemana.

Sampai pada suatu pagi tiba-tiba terdengar suara meong-meong dari luar rumah. Saya buru-buru membuka pintu, dan sangat terkejut karena di depan pintu sudah ada dua ekor anak kucing, anaknya Ncan. Loh kan anaknya ada empat ekor? Kemana yang lain? Rupanya yang lain masih menyusul dipindahkan oleh Ncan ke teras rumah. Dan setelah ditunggu sampai malam ternyata hanya ada tiga ekor, satu ekor lagi nggak tahu bagaimana nasibnya.

Sejak anak-anaknya Ncan baru lahir, anak-anak saya si sulung dan si bungsu yang memberikan nama. Nama beserta ciri-cirinya  mereka tulis lengkap  di white board 😀 😀 😀 .  Ini dia catatannya :

catatan nama anak kucing.jpg
Catatan nama-nama anak kucing

Di catatan itu, anak-anak saya memberi nama bayi kucing mengambil dari huruf N,C,A,N . N (Niko), C (Canso), A (Athaima), N (Nickey) sesuai urutan lahir (bisa dilihat pada gambar). Jadi Niko itu anak pertama, Canso anak kedua, Athaima anak ketiga dan Nickey anak keempat. Meskipun kita sempat kehilangan bayi-bayi Ncan, catatan ini tidak saya hapus *karena nggak boleh dihapus sama anak saya* 🙂

Ternyata keberadaan catatan ini membantu saya mengenali anak-anak kucing yang dibawa kembali oleh Ncan ke teras rumah kami. Yang kembali ke rumah adalah Niko, Canso dan Nickey. Sedangkan Athaima sampai sekarang tidak tahu dimana keberadaannya.

Pertama kali bertemu kembali dengan anak-anak Ncan, saya senang sekali. Karena terakhir melihat mereka waktu masih bayi umur seminggu, matanya masih merem, kerjanya tidur dan menyusu saja. Sekarang mereka sudah bisa jalan dan berlari-lari. Umur mereka saat dibawa kembali oleh ibunya  sekitar tiga mingguan. Nah ini foto Niko dan Canso waktu pertama kali datang ke rumah :

niko and canso
Niko anak pertama (kiri) dan Canso anak bungsu (kanan)

Mereka masih kelihatan kurus-kurus yaa 🙂 . Hal pertama yang terlintas dalam kepala saya begitu melihat anak-anak kucing ini adalah harus segera membeli kandang supaya mereka tidak berkeliaran di garasi, soalnya saya takut mereka terlindas ban mobil (karena biasanya anak-anak kucing senang main di bawah mobil). Ah, kebetulan sekali waktu itu saya baru saja dapat arisan dasa wisma di komplek. Uangnya sebagian akan saya belikan kandang, bak pasir, cat sand, makanan dan wadah makannya sekalian untuk anak-anak kucing. Sore harinya pas anak-anak sudah pulang sekolah saya ke petshop membeli kandang dan lainnya.

Canso
Canso

Suka melihat foto kucing, anjing  atau kelinci yang dipelihara? Lucu-lucu ya…imut-imut dan menggemaskan 🙂 . Saya nggak pernah ingin punya binatang peliharaan berkaki empat dan berbulu seperti kucing, anjing, kelinci, hamster dll. Kalau ingin melihat kelucuan mereka, cukuplah bagi saya melihatnya ke taman-taman tertentu yang ada binatang peliharaan ini. Atau main saja ke rumah tante dan kakak ipar, di sana sepupu dan  keponakan saya memelihara kucing dan marmot, kalau mau pegang-pegang dan bermain dengan mereka tinggal datang saja, mudah kan? Karena ternyata dibalik kelucuannya, cukup repot memelihara mereka.

nickey si lincah
Nickey on action

Tapi semenjak bertemu dengan Ncan anak kucing pincang yang kurus dan terlihat menyedihkan itu membuat saya nggak tega dan akhirnya saya memeliharanya. Ncan ini kucing solehah, nggak neko-neko, dia datang ke rumah untuk makan, main dan tidur . Nggak pernah ngerepotin saya, kalau saya lagi pergi dia bisa cari makan sendiri, enggak mengotori rumah saya dengan pupnya. Sepertinya rumah kami sudah dianggapnya sebagai rumah dan keluarganya sendiri. Sorot matanya seolah-olah menunjukkan kedekatan emosi dengan kami sekeluarga. Saking dekat dan percayanya Ncan memperbolehkan saya dan anak-anak menyaksikan ketika dirinya melahirkan. Bagi saya dan anak-anak hal ini “SESUATU” sekali. 🙂 🙂 🙂

Oke lah, kalau memelihara satu ekor binatang it’s ok. Tapi bukan cuma satu, dua atau tiga. Setelah Ncan melahirkan dan membawa kembali anak-anaknya ke teras rumah, artinya saya harus memelihara ENAM binatang peliharaan di rumah 😮 😮 😮 . Dan saya menjadi orang yang ‘terpilih’ untuk memelihara mereka semua…OMG!! Dari mana sejarahnya saya bisa memelihara binatang berkaki empat dan berbulu seperti mereka?? 😮 😮 😮

Ya sudahlah, mungkin memang takdir saya harus memelihara binatang-binatang ini. FYI, di rumah ada empat ekor kucing, seekor kelinci dan seekor kura-kura brazil. Saya nggak tega kalau harus mengusir  mereka dari rumah.

Baiklah, saya mau memelihara binatang-binatang ini asal mereka tidak masuk ke dalam rumah titik. Saya nggak suka sama bau dan bulunya yang menempel di sofa dan perabotan lainnya. Jadi mereka saya tempatkan di teras dan garasi rumah.

ngacak kandang

Ceritanya saya sudah membeli kandang dan perlengkapan lainnya.  Kemudian saya masukkan anak-anak kucing ke dalam kandang. Mereka sudah bisa pup di bak pasir mungkin Ncan yang mengajarkan. Saya mengurung anak-anak di kandang dan tidak melepasnya sampai mereka berusia lebih dari satu bulan. Karena saya pikir mereka harus ASI eksklusif, jadi jangan kemana-mana dulu, di dalam kandang saja nyusu sama ibunya.

Setelah umur anak-anak kucing sudah lebih dari sebulan, baru saya lepaskan mereka dari pagi sampai siang. Lewat tengah hari mereka sudah masuk kandang sampai keesokan pagi.

Setiap kali mereka berman di luar kandang, teras saya selalu acak-acakan. Saya bisa berkali-kali menyapu dan membereskan teras. Bak pasir tempat mereka pup juga harus sering saya saring, karena kalau didiamkan mereka suka mainin pup mereka yang sudah tercampur pasir, hiyy kan bau. Setiap pagi kandang saya bersihkan, wadah makan dicuci bersih pakai sabun. Mereka saya beri makan pelet, karena menurut saya lebih praktis dan murah ketimbang makan ikan atau ayam. Air minum juga saya beri air matang supaya  nggak mudah sakit (katanya).

niko
Niko

Saya pikir Ncan bakalan menemani terus anak-anaknya di dalam kandang. Karena makanan dan minuman sudah saya sediakan, dia tinggal makan-minum-menyusui. Ternyata saya salah. Ncan itu kucing liar, meskipun dia makan dan tidur di teras rumah saya, dia nggak bisa hidup di dalam kandang. Ncan tidak betah lama-lama di dalam kandang, dia suka ingin keluar, kalau saya terlambat mengeluarkannya ia mengorek-ngorek bak pasir sampai berhamburan. Kalau malam hari Ncan tidur di luar kandang dekat anak-anaknya. Dia harus jalan-jalan keluar rumah, berburu makanan sendiri meskipun sudah saya sediakan makanan. Ya makanan yang saya sediakan dimakan, ya cari makanan sendiri juga iya. Ncan itu kayaknya malah senang menitipkan anak-anaknya kepada saya, terus dianya mah jalan-jalan sendiri, Ncan juga butuh ‘Me Time’ 😀 😀 😀 katanya hahaha . Nanti waktunya menyusui dia datang ke rumah, lalu saya masukkan ke dalam kandang. Selesai menyusui dia akan mengeong-ngeong itu tandanya minta dikeluarkan.

Ncan sering membawa makanan untuk anak-anaknya (padahal tempat makan mereka selalu berisi pelet, nggak pernah kosong). Makanan yang dibawa Ncan berasal dari tempat sampah 😦 ah macam-macam deh yang dibawa, ada ayam goreng, telor, kepala ikan, bahkan sering banget membawa burung walet mulai dari yang masih merah (masih bayi) sampai yang sudah dewasa, dan yang paling parah adalah ketika Ncan membawakan seekor tikus hasil buruannya 😮 😮 😮 hiyyy jijay banget!!! Tikus ini habis ludes dimakan sama anak-anaknya. Mungkin ini memang sudah nalurinya mereka sebagai binatang carnivora, saya nggak bisa mencegahnya.

 

nickey
Nickey

Anak-anak kucing sering terserang penyakit (menurut artikel yang saya baca di internet), ini kejadian juga sama anak-anaknya Ncan. Dua minggu yang lalu mereka bertiga sakit mata. Matanya belekan semua, parah. Saya tanya ke panjaga petshop bagaimana cara mengobatinya, katanya sering-sering dibersihkan beleknya pakai kapas yang dibasahi air matang. Alhamdulillah setelah rutin dibersihkan penyakit belekannya hilang, kecuali Canso. Dia kok awet ya belekan terus 😦 .

Niko dan Canso matanya belekan
Niko dan Canso matanya belekan

Nggak cuma belekan, suatu siang saya dan si bungsu melihat dengan mata kepala sendiri Canso muntah-muntah. Memuntahkan cacing-cacing berwarna putih, panjang dan semua masih hidup…..hiyyyy 😦 😦 😦 . Ah seremmmmm. Saya minta tolong petugas petshop untuk memberinya obat cacing khusus untuk kucing. Semua harus minum obat cacing, termasuk Ncan ibunya. Mereka minum tablet drontal sesuai dosis (1 tablet untuk BB 4 kg). Setelah minum obat cacing keesokan harinya cacing-cacing itu keluar lewat pup mereka dalam keadaan sudah mati. Pemberian obat cacing ini akan diulang setelah tiga bulan. Mudah-mudahan saja setelah ini mereka sehat-sehat aja. Oh iya, karena anak-anak kucing ini umurnya masih di bawah tiga bulan, mereka belum boleh dimandikan.

Udah pada tahukan bunyinya kucing itu meong-meong? 🙂 Ya iyalah, kalau guk-guk-guk itu udah pasti suara anjing. Saya pikir bunyi meongan kucing itu sama, ya meong aja gitu. Ternyata setelah mengamati Ncan dan anak-anaknya, meongan kucing itu ada macam-macam jenis dan artinya. Misalnya saja ketika Ncan sedang mengawasi anak-anaknya bermain, kalau anaknya mendekati bahaya, Ncan akan mengeluarkan bunyi meong yang berbeda dengan ketika ia minta kami membukakan pintu rumah. Juga ketika mereka sedang kesakitan (misalnya waktu nggak sengaja kaki Canso kejepit pintu kandang) itu bunyinya berbeda dengan ketika Canso sedang tidak ingin makanannya diambil oleh saudaranya. Lama kelamaan kami bisa mengenali perbedaannya 😀 .

Sejak anak-anak kucing ini ada di rumah, akun IG saya banyak memajang foto-foto mereka. Setelah mencuci kandang, saya suka asyik bermain dengan mereka, sambil foto-foto. Untuk mendapatkan foto yang bagus sangat sulit. Kebanyakan saya mendapat foto yang bagus kalau mereka lagi tidur…hehehe 😀

ncandananak2
Ncan dan anak-anaknya

Banyak yang bilang punya binatang peliharaan itu banyak manfaatnya. Untuk anak-anak, mereka akan belajar bertanggung jawab menyayangi dan merawat binatang. Belajar disiplin, karena binatang yang kita pelihara harus rutin dibersihkan kandangnya, rutin dimandikan, tidak boleh lupa diberi makan dan minum secara teratur, dan tidak boleh jorok supaya para binatang terjaga kesehatannya. Binatang peliharaan juga bisa digunakan sebagai obat stress, karena keimutan mereka bisa menghibur kita. Dan yang paling penting mereka bisa menjauhkan anak-anak dari bermain gadget 🙂 🙂 . Saya pikir berinteraksi dengan makhluk hidup jauh lebih banyak mudharatnya dibandingkan dengan benda mati apalagi hanya main games di gadget 🙂 .

 

Posted in #ReuniAkbarSastraUnpad2016

Hal Yang Tak Terlupakan Di Reuni Akbar Sastra UNPAD 2016

reuni akbar sastra unpad 2016

Tak terasa dua belas hari sudah terlewati setelah acara ‘Reuni Akbar Sastra UNPAD 2016’. Namun sampai saat ini saya belum bisa move on. Saya masih senyum-senyum sendiri membayangkan diri saya berada di tengah-tengah kehangatan dan kemeriahan acara reuni kemarin.  Perasaan bahagia itu masih menyelimuti hati dan pikiran saya sampai saat ini. Karena bagi saya, bisa hadir di tengah-tengah acara hebat kemarin adalah sesuatu yang luar biasa (hampir nggak jadi datang soalnya). Di mana lagi kalau bukan di kampus biru tempat saya menimba ilmu sampai menjadi sarjana.

Beberapa bulan sebelum hari ‘H’ saya mendapat undangan untuk bergabung di group alumni Sastra UNPAD. Tujuan dari group ini dalam rangka mengumpulkan alumni untuk mengadakan sebuah acara reuni akbar. Kayaknya memang sudah lama sekali Fakultas Sastra UNPAD tidak mengadakan acara reuni. Saya terima  undangan lalu bergabung dalam group alumni. Tentu saja merasa senang karena bisa bertemu teman-teman kuliah walaupun hanya lewat media sosial facebook. Saya bukan tipe orang yang  mudah untuk kumpul-kumpul dengan teman, karena saya terikat dengan rutinitas domestik saya sebagai ibu rumah tangga. Kalau waktunya bukan di sela-sela anak sekolah, tanpa ijin dari suami, apalagi harus keluar kota, rasanya mustahil.  Begitu juga dengan acara reuni ini. Meskpun semakin dekat ke hari ‘H’ group FB Alumni Sastra UNPAD semakin ramai dan meriah, saya hanya bisa menjadi silent rider sambil memendam keingin datang ke reuni. Sebetulnya jauh-jauh hari saya sudah sounding ke suami tentang acara ini, tapi saya tak bisa berharap banyak, karena  sadar suami sedang sibuk sekali dengan pekerjaannya dan anak sulung saya sedang banyak jadwal try out untuk persiapan UN.

Seminggu sebelum hari ‘H’ saya berbincang dengan mama mertua lewat telepon. Mama sempat bertanya apakah saya dan anak-anak akan liburan  long weekend di Bandung? Saya jawab belum tahu, karena papanya anak-anak sedang sibuk dan sedang ada rakor di luar kota.Kemudian Mama bertanya lagi, apa saya tidak akan datang ke acara reuni? Mama mertua tahu acara reuni ini dari kakak ipar, karena saya satu almamater dengan kakak ipar, satu jurusan malah. Saya jawab lagi, belum tahu Ma. 😦

Tapi diam-diam saya tetap berharap bisa datang ke acara reuni.

Hari Kamis sore suami saya baru datang dari luar kota dalam keadaan lelah sekali. Hari Jumat siang saya baru bisa berkomunikasi dengannya dan ternyata suami punya rencana untuk berangkat ke Bandung pada sore harinya. Apakah artinya saya bisa datang ke reuni?? Ah, belum tentu, saya nggak boleh ge-er. Bisa jadi besok pagi suami tidak mau mengantar saya. Apa saya nekat aja ya pergi sendiri? Tapi kalau suami tidak mengijinkan apa enak pergi sendiri tanpa iijin suami? Hmm….saya galau sekali. Di jalan tol menuju Bandung, sesekali saya cerita soal acara reuni, tanggapan suami saya cuma, “Oh gitu… lihat saja besok ya.” Saya tidak berani meneruskan pembicaraan tentang reuni. 😦 😦

Akhirnya kami tiba di Bandung malam hari (karena jalanan macet). Setibanya di rumah orang tua saya, kami langsung ngobrol-ngobrol dengan keduanya. Sambil ngobrol sesekali saya buka FB, di group alumni suasana semakin riuh ramai tak sabar menantikan acara reuni besok. Saya sempat inbox teman sekelas saya Daisy, menanyakan siapa saja besok angkatan kita yang akan hadir di acara reuni? Daisy bilang sih lumayan adalah beberapa yang mau hadir. Saya cuma bilang insyaallah kalau memungkinkan saya datang. Tiba-tiba mama saya  menyeletuk, “Besok ada reuni sastra ya? Beritanya ramai sekali beberapa hari ini di koran dan radio.” Saya menjawabnya dengan senyum lebar. Iya, hanya senyum karena saya belum tahu besok bisa datang atau tidak. Saya melirik ke arah suami, tidak ada respon apa-apa, datar saja….lempeng kalau kata orang Sunda mah. “Yah kok lempeng sih?”  kata saya dalam hati. 😦 😦 😦

Keesokan harinya, subuh-subuh kami sudah bangun. Saya langsung turun ke bawah menyuci baju dan membantu mama di dapur , setelah itu beberes rumah. Selesai beberes rumah saya telpon kakak ipar. Kakak ipar ternyata akan berangkat dengan teman-teman sekelasnya dulu. Wuiih….asyik sekali, batin saya. Lalu bagaimana dengan saya? Ini sudah hari ‘H’ suami masih cuek aja dan malah asyik membersihkan mobil di garasi 😦 😦 😦 😦 . Pukul 7.00 bapak saya datang dari lapangan (habis senam) dengan membawa beberapa keresek yang isinya nasi kuning dan bubur ayam. Kemudian kami semua dipanggil untuk sarapan. Selesai sarapan, suami saya menyuruh anak-anak mandi, saya saat itu masih sibuk membantu mama cuci piring di dapur. Keluar dari dapur, suami dan anak-anak tampak sudah berpakaian rapi seperti mau pergi, saya  disuruh segera mandi dan siap-siap pergi.

” Pada mau pergi kemana sih pagi-pagi sudah cakep?” kata saya.

“Ya ke reuni lah…buruan Ibu mandi!” begitu kata suami saya.

What??? Ha? Nggak salah nih?  😮 😮

Waaah ini mah surprise pisan. Trus aku harus pakai baju apa??? Saya langsung panik….hahaha 😀 😀 😀 dasar perempuan.

Ah, nggak usah panik lah. Kata panitia di sana ada menjual kaos reuni, nanti beli aja di sana. Sekarang pakai atasan polos sama rok jeans aja. Nanti kalau sudah beli kaos langsung ganti. Ok, sip. Kemudian saya mandi dan dandan kilat, pinjem kerudung punya mama…hahaha 😀 😀 😀 , lalu cus berangkat ke Jatinangor bersama suami dan kedua anak saya (full team…iyah selalu begitu kami mah).

Sampai di Jatinangor kami parkir di seberang gedung Fakultas Sastra (kalau nggak salah dulunya ini gedung Pedca). Sekarang Fakultas Sastra berubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Baru saja parkir, saya sudah bertemu dengan teman sekelas saya yaitu Puspita Aji beserta rombongan kakak kelas kami yaitu Mbak Chiko dan Jeanny. Kami teriak-teriak kegirangan bisa bertemu satu sama lain. Memasuki gerbang Fakultas Sastra, kami disambut oleh meja registrasi. Di sana saya bertemu dengan Daisy teman sekelas ya yang semalam saya inbox lewat FB. Ada Bang Afis, Bang Toing dan Probo, Teh Lia , Mbak Ayus, dll, ada adik-adik kelas angkatan 97, 98 (Tikeu, Firna, Isti, Intan, Achi, dll). Oh iya ketemu juga sama Kang Hafiz Sastra Rusia ’94 ya Kang? Kang Hafiz ini teman merantau ketika di Balikpapan. Sekarang alhamdulillah kita+keluarga sudah sama-sama lagi ke Jakarta ya Kang 🙂 . Kami saling menyapa dan berpelukan, melepas rindu. Beneran loh, rindu sekali. 20 tahun yang lalu kita satu kampus, sama-sama menimba ilmu di sini, bercengkrama di sini di kampus biru. Suasana meja registrasi menjadi  ramai. Sambil ‘say hello’ ke sana ke sini, menyapa sahabat lama, adik kelas dan kakak kelas, sambil sesekali berfoto bersama 😀 . Saya banyak lupa nama tapi ingat wajah, apalagi teman-teman dari jurusan lain tapi tetap saja saya sapa semampu saya 🙂 .

Sastra Jepang '96
Himade (Sastra Jepang)
hiamde1
Himade (Alumni Sastra Jepang)

Setelah regsitrasi dan melakukan pemilu untuk memilih ketua IKA SADAYA (Ikatan Alumni Sastra dan Budaya) saya langsung mencari yang menjual kaos reuni (takut kehabisan) 😀 . Sepanjang jalan menuju tempat menjual kaos reuni, teteup sibuk say hello ke sana ke sini saling menyapa teman-teman lama.  Sampai nggak sadar di tengah-tengah halaman Fakultas Sastra ada bis Damri sedang parkir di sana (padahal segitu gedenya itu bis). Pas saya mau ganti baju di toilet PSBJ (Pusat Studi Bahasa Jepang)…ini tempat saya kuliah dulu), saya baru sadar….waaaa…ada bis Damri !!! *beuuuh telat pisan si Neng mah* ^_^

bis_damri_Reuni_Akbar_Sastra_Unpad_2016
foto  Jaka Perbawa
bis_damri_reuni_akbar_sastra_unpad_2016
foto : Jaka Perbawa

Bis Damri model jaman tahun 90-an ini adalah bagian dari kenangan kami para alumni. Bagi mahasiswa yang tinggal di Bandung, bis Damri ini merupakan salah satu alat transportasi andalan kami  pada saat itu. Kenapa naik bis Damri? Karena tiketnya murah meriah cocok sekali untuk kantong mahasiswa. Meskipun kami harus berdesak-desakan bahkan harus berdiri  di dalamnya, menempuh perjalanan kurang lebih 30 km, ditambah pakai macet dari Bandung menuju kampus kami tercinta di Jatinangor  pulang – pergi. Sedap deh rasanya, tapi perjuangan seperti ini yang akhirnya menjadi kenangan tak terlupakan ketika sudah menjadi alumni.  Oh ya ampun hebat betul panitia yang tergabung dalam “Relawan Biru” mereka bisa menghadirkan bis Damri seperti ini yang sekarang sudah tidak ada lagi di jalanan…luar biasa!!

Selain bis Damri, di halaman fakultas saya melihat ada tiga tempat yang diberi backdrop ukuran besar khusus untuk tempat foto. Para alumni yang datang bisa berfoto di sana bersama teman-teman seangkatannya. Di depan Kansas (Kantin Sastra) ada stand-stand dari jurusan yang menjual pernak-pernik khas negara/daerah masing-masing jurusan (ada jurusan Indonesia, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis, Rusia, Arab, Sunda dan Sejarah). Saya menyempatkan mampir di stand Jurusan Jepang, membeli kipas dan sushi buatan adik-adik kelas yang masih kuliah. Salam kenal ya adik-adik, kalian sempat kaget ketika menanyakan saya dari angkatan berapa…hahaha. Reuni ini  menyadarkan saya kalau saya sudah tidak muda lagi…hehehe.

Selain tempat berfoto, stand-stand dari jurusan, serta bis Damri,  di sepanjang jalan, tembok dan lorong-lorong fakultas terdapat spanduk yang memuat foto-foto jaman kulian. Dari semua jurusan dan angkatan sepertinya ada. Saya sih merasa seperti dibawa masuk ke mesin waktu, kembali ke jaman waktu masih kuliah dulu. Melihat foto-foto  jaman jadi mahasiswa, masih culun-culun, gaya baju dan rambut masih jaman dahulu 🙂 .

Museum_Hidup_Reuni_Akbar_Sastra_Unpad_2016
foto : Jaka Perbawa

Singkat cerita saya sudah ganti pakai kaos reuni. Saya diajak oleh suami dan anak-anak masuk ke dalam aula PSBJ. Di dalam aula ada ‘Museum Sastra’. Wah apalagi ini?

Aula PSBJ diubah menjadi Museum Sastra, di dalamnya terdapat foto-foto dan barang-barang yang pernah digunakan pada jaman para alumni masih kuliah. Mulai dari lembaran kertas koran pengumuman UMPTN tahun ajaran 1993, 1997 dan 1998 , ada kartu peserta UMPTN, kartu mahasiswa, booklet-booklet dari jurusan, tanda bukti pembayaran uang kuliah tahun 1998 spp 1 semester masih Rp 225.000,- (haa….murah yaa), ada kartu KRS (kartu rencana studi) tahun 1999, ada pin dari jurusan jepang, ada kaos dan syal ospek fakultas dan jurusan, ada tas ospek jaman  angkatan ’93 (asli saya kagum banget…itu tas biru masih ada yang nyimpen, udah berapa lama coba?? DUA PULUH TIGA TAHUN !!!  Wohooo…keren, punya saya sudah kemana tahu deh). Dan yang tak kalah istimewa, di panggung aula ada sebuah backdrop ukuran besar yang isinya adalah foto peresmian berdirinya Fakultas Sastra UNPAD pada 17 November 1985 oleh Rektor pertama UNPAD Bpk. Iwa Kusuma Soemantri didampingi oleh Presiden RI Soekarno. Saya berdiri agak lama di depan standing banner ini dengan mulut menganga *ups* Woww!! Luar biasa!!! Sugoi!! Amazing!! (soalnya saya baru tahu  😀 ). Lalu ada juga Buku Pidato Penganugerahan Gelar Honoris Causa  untuk Presiden Soekarno oleh Jurusan Sejarah UNPAD tanggal 23 Desember 1964 (hebat!!). Dan tak jauh dari panggung di salah satu sisi tembok terpampang teks Hymne Fakultas Sastra hasil karya alm. Harry Roesli salah seorang seniman legendaris dari Bandung. Di sebelahnya ada teks Hymne Fakultas Ilmu Budaya.

Saya agak lama di Museum Sastra, sementara anak saya main bola basket yang memang disediakan di pinggir aula dekat pintu masuk (saya sempat menegur si bungsu karena takut properti yang ada di museum pada roboh…hehehe). Suami saya sempat-sempatnya ikut game menendang bola, kalau bolanya ditendang dan berhasil masuk ke dalam kotak melewati tiga buah botol tanpa menjatuhkan botol , akan mendapatkan hadiah sebuah voucher. Dan ternyata suami mendapatkan hadiah voucher karena berhasil menendang bola masuk ke kardus tanpa menjatuhkan botol…bravo…bravo…bravo!!!

Dari Museum Sastra saya mengelilingi PSBJ (Pusat Studi Bahasa Jepang) memperlihatkan ke anak-anak, ini loh tempatnya Ibu kuliah. Di teras PSBJ depan ruang dosen ada pembacaan puisi. Saya hanya sebentar di sana karena anak-anak merengek ingin melihat-lihat tempat lainnya. Pembacaan puisi diramaikan oleh para sastrawan alumni Sastra UNPAD, salah satunya adalah  Kang Gola Gong penulis novel “Balada Si Roy”. Foto di bawah ini adalah koleksi dari Shinta Felisiana  :

pembacaan puisi
foto : Shinta Felisiana

Dari PSBJ saya mengajak anak-anak ke gedung C . Di halaman gedung C disediakan area bermain untuk anak-anak. Ada kegiatan indoor khusus untuk anak-anak usia balita dan ada kegiatan outdoor seperti panjat tebing, flying fox, highline, hammock dan pegang-pegang ular. Saya cukup lama berada di area ini, karena kedua anak saya betah sekali dengan aktivitas yang disediakan di sini. Bahkan mereka rela mengantri lama demi bisa panjat tebing. Kegiatan outdoor diasuh oleh mahasiswa yang tergabung dalam Blue Hikers (pecinta alamnya Fakultas Sastra/Fakultas Ilmu Budaya). Mereka baik, ramah, dan sabar sekali melayani anak-anak, horeee….terima kasih ya Kakak-Kakak Mahasiswa 🙂 *kata anak saya* 😉 😉

blue hikers sastra unpad

bluehikers
foto : Rahadyan OZ

Puas bermain di area parkir gedung C sekarang waktunya menuju Blue Stage atau Tenda Biru. Blue Stage atau Tenda Biru adalah sebuah panggung pertunjukan yang biasanya digunakan oleh mahasiswa untuk menampilkan  teater, pembacaan puisi dan musik. Kali ini Blue Stage menjadi  pusatnya acara reuni Akbar Sastra UNPAD 2016. Ok, tadi pagi ketika saya masih di PSBJ dan di area gedung C, di Blue Stage ada acara penyerahan penghargaan “Lifetime Achievement” kepada dosen-dosen  purnabakti, sayang sekali saya tidak bisa melihat acara ini. Nah  ini adalah salah satu foto koleksi Kang Dicky Dee yang menggambarkan suasana Blue Stage pada acara reuni kemarin. Ramai sekali, karena semua angkatan dari tahun 80-an sampai 2000-an dari semua jurusan dan program studi S1,S2, D3 dan Ekstensi berkumpul di sini menikmati  aksi panggung para alumni Sastra Unpad.

blue_stage_Sastra_Unpad
foto : Kang Dicky Dee

Ada Joe P Project (alumni Jurusan Sejarah) dan Oni SS (alumni Jurusan Dokumentasi Budaya) yang menjadi pembawa acara. Gila ya aksi para alumni di panggung ini keren dan lucu banget. Ada kolaborasi Alumni Sastra UNPAD Band yang terdiri dari Joe P Project (vokal), Arief Pure Saturday (gitar dan vokal), Trisnoize PAS (bass, vokal), Noey Jive (bass, gitar, vokal) Magi RIF (drums) dan Adib Hidayat (sebagai manager), Kembang Kehidupan, Mukti-Mukti, Keripik Ubi, Deugalih & Folks, KM 21,5 , dan masih banyak lagi…sampai lupa namanya. Paling ramai dan seru waktu acara “Berpacu Dalam Melodi”, penonton diminta menebak lagu yang dimainkan oleh KM 21,5 yang berhasil menebak lagu berhak mendapatkan hadiah yang sudah disediakan oleh panitia.

Joe di blue stage
Uyan “Preman Pensiun” (mahasiswa Jurusan Indonesia) berhasil menebak lagu dalam acara “Berpacu Dalam Melodi”  yang dipandu oleh Joe P Project (alumni Jurusan Sejarah)   (Foto : koleksi pribadi)
kembang kehidupan
Kembang Kehidupan (foto : koleksi pribadi)
alumni pengisi acara di blue stage
“Alumni Sastra UNPAD Band ”  (foto : Noey Jive)

Diumumkan juga hasil pemilihan ketua IKA SADAYA (Ikatan Alumni Sastra Budaya) UNPAD, dan yang terpilih menjadi ketua IKA SADAYA periode 2016-2020 adalah Bang Ardhi Lufti Siregar , selamat ya Bang Oethi semoga sukses,amanah dan jangan lupa jaga kesehatan 🙂 .

Luar biasa rasanya hari itu. Saya  masuk ke mesin waktu yang membawa ke masa dua puluh tahun yang lalu. Melepas rindu di “Kampus Biru”  bertemu para dosen dan teman-teman semasa kuliah dulu. Nggak ada kesan persaingan atau sombong-sombongan atas keberhasilan yang sudah dicapai dari masing-masing alumni. Kayaknya semuanya datang dengan alasan yang sama, yaitu karena CINTA dan RINDU ❤ ❤ ❤ Alhamdulillah.

Terima kasih yang kepada panitia “Relawan Biru” yang telah menyiapkan acara ini. Kalian semuanya hebat!!!

Terma kasih untuk suamiku yang sudah mengantarkan  ke acara hebat ini 🙂 🙂 🙂

Terima kasih fotonya : Jaka Perbawa, Shinta Felisiana, Kang Dicky Dee , Rahadyan Oz  dan Noey Jive 🙂

Semoga kita bertemu lagi di lain waktu. *masih senyum-senyum sendiri mengingat tgl 6 Februari’16 kemarin 🙂 🙂 🙂 *

 

 

Posted in #BukanSuperMom, curcol

Belajar Beradaptasi (bagian 2)

image

Ketika harus hijrah ke tempat baru, tak hanya anak-anak yang wajib beradaptasi dengan lingkungan baru. Kami, orang tuanya pun harus bisa cepat mengkondisikan diri dengan tempat yang baru. Kalau bukan karena rasa tanggung jawab yang besar sebagai orang tua dan memang kami sudah lebih dewasa dari pada anak-anak, sebetulnya hal ini tidaklah mudah untuk dilalui.

Mungkin saya adalah orang yang penakut, takut akan perubahan, takut keluar dari zona nyaman. Setiap kali pindah saya selalu dilanda perasaan khawatir. Apakah di tempat yang baru akan baik-baik saja? Dan ribuan perasaan galau memenuhi kepala saya. Tapi, saya harus kuat, saya harus tegar dan optimis di tempat yang baru saya akan baik-baik saja.

Kenangan indah dan semua kenyamana di tempat lama harus saya tinggalkan. Mengingat-ingatnya hanya akan menciutkan hati saya. Pada kenyataannya tak mudah beradaptasi di tempat baru. Tapi bukan berarti saya tidak bisa melewatinya.

Saya pikir, masalah pertemanan hanya dialami oleh anak-anak saja. Misalnya ada yang suka berkelompok, ada yang suka pamer, ada yang suka iri, ada yang suka mengadu domba dst. Karena   menurut saya orang yang lebih tua umurnya pasti lebih dewasa dan bijaksana. Ternyata prasangka saya meleset. Pertemanan diantara orang dewasa (baca : ibu-ibu) itu kadang tak ada bedanya seperti anak-anak, lebih tepatnya kekanak-kanakan.

Persoalan bullying juga saya alami, iya saya pernah dibully oleh sesama ibu. Apa pasalnya? Rata-rata karena sosok saya yang sederhana dan apa adanya. Saya suka tampil apa adanya, asalkan nyaman ya nggak masalah buat saya. Tapi ternyata gara-gara hal ini saya pernah dipelototin dari ujung kaki sampai ujung kepala sama seorang ibu.  Saya padahal sudah berusaha berpakaian rapi dan tidak norak. Memang saya tidak pernah memakai perhiasan, karena memang tidak suka, dan tas yang saya pakai adalah tas murah merk lokal, bukan tas bermerk yang harganya jutaan. Mungkin di mata mereka saya ini orang apalah…yang patut dipandang sebelah mata. Sehingga ketika berpapasan, meskipun saya melemparkan senyum, ibu tersebut pura-pura tidak melihat saya. Lain waktu saya pernah ditegur oleh seorang ibu istri asisten manager sebuah perusahaan minyak, gara-gara penampilan saya yang biasa ini. Begini kira-kira tegurannya, “Kamu itu sebetulnya punya wajah manis *ehem*, tapi coba deh lihat pakaian kamu biasa banget, pakai kerudung juga yang polosan kayak gini, cobalah diperbaiki.” sambil pegang-pegang jilbab yang sedang saya kenakan. Soal HP (hand phone), saya juga pernah diolok-olok karena hp saya bukan blackberry yang saat itu lagi naik daun. Hp saya hp jadoel, tapi masih bisa dipakai komunikasi. Gara-gara hp ini, saya sampai curhat sama suami. Kemudian suami menawarkan untuk membelikan saya BB baru. Saya tolak tawarannya, karena hal ini bukan masalah yang urgent dan ya ampun suami saya aja masih bertahan dengan hp nokianya meskipun kini ia sudah naik jabatan, masa saya yang cuma emak-emak aja minta yang melebihi suami?? Istri macam apa aku ini?…Enggak lah, kemuliaan seseorang bukan terletak pada tas bermerk, perhiasan atau hp (bagi saya sih begitu).

Lalu bagaimana menghadapinya? Ya slow kayak di pulau aja sih *padahal di rumah curhat melulu sama suami*…huhuhu. Ya nggak apa-apa kan kalau curhatnya ke suami. Alhamdulillah suami selalu menguatkan hati saya, beliau selalu bisa membuat saya berdiri tegak menghadapi segala macam tantangan di luar sana.

Bagi saya bersosialisasi alias berteman adalah hal penting dalam hidup. Jadi, tantangan di atas yang pernah saya alami tidak membuat saya kapok. Saya terus bergaul, mencari teman yang lebih baik lagi, yang membuat saya lebih nyaman. Kenapa? Karena saat itu saya hidup merantau jauh dari tanah kelahiran dan para sanak saudara. Saya harus menemukan saudara baru di perantauan.

Saya jadi ingat pesan tetangga sepuh di tempat tinggal kami terdahulu. Ia berkata seperti ini pada saya, “Jeng itu orang baik *uhuk*, jangan takut, orang baik itu pasti mendapat tempat yang baik pula.”

Seiring dengan berjalannya waktu saya pun akhirnya bertemu dengan orang-orang yang baik terhadap saya. Teman-teman yang sejalan dengan saya dan saya nyaman dengan mereka. Teman yang ikhlas mau berteman dengan saya yang selalu tampil apa adanya dan bukan karena melihat apa yang saya miliki ( mobil, rumah, perhiasan, tas dll). Teman yang selalu menghibur dikala sedih dan selalu ada dikala saya sedang kesusahan. Saya merasa bahagia sekali, perkataan nenek itu benar! Mereka, teman-teman saya adalah saudara baru saya.

Dalam bergaul ada pakem-pakem yang selalu saya taati. Diantaranya adalah :
1. Jangan sok eksklusif
Apa pun latar belakang kita, kaya, jenius, cantik, keturunan darah biru dst, jangan sombong. Dunia ini luasss…yang hebat itu nggak hanya kita. Jadi jangan sombong lah yaw!
2. Jangan rendah diri
Ok, nggak boleh sombong bukan berarti boleh rendah diri. Meskipun secara duniawi nggak punya harta berlimpah dst, jangan bikin kita rendah diri. Ingat, kita ini sama-sama ciptaan Tuhan dan Tuhan menciptakan kita dengan berbagai potensi. Menurut saya salah satu bentuk rasa syukur kita atas nikmat Allah adalah dengan tidak sombong dan tidak rendah diri. Soalnya kalau rendah diri bakalan bikin diri kita nggak maju, dan cenderung dekat dengan yang namanya iri hati.
3. Jadilah diri sendiri
Ini kasus yang paling banyak menimpa ibu-ibu karena mereka nggak tahan untuk tampil menjadi dirinya sendiri. Banyak ibu-ibu yang “tergelincir” karena hal ini. Karena nggak mau kalah gengsi, nggak tahan dibully terus menerus oleh lingkungannya, akhirnya memutuskan untuk mengikuti arus. Menurut saya, teman yang baik adalah yang bisa menerima kelebihan dan kekurangan kita. Kalau mereka nggak bisa menerima keadaan/diri kita yang sebenarnya, tinggalkan saja, carilah teman lain. Jangan mau dijajah.
4. Bersikap amanah
Diakui atau tidak, yang namanya ibu-ibu itu rumpi abis. Senangnya mengobrol, apalagi kalau yang diobrolin itu hot gosip. Kadang-kadang tanpa terasa, rahasia teman kita yang lain yang sudah diamanatkan untuk tidak diceritakan pada orang lain…bocor. Padahal, kebayang nggak kalau rahasia kita yang bocor, lalu kita dipergunjingkan di sana-sini oleh teman kita?? Pasti rasanya nggak enak banget kan? Belum lagi hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengadu domba. Haduhh…runyam…runyam..jangan sampai begitu lah. Amanah itu harus dijaga. Agar orang percaya pada kita dan reputasi kita baik di mata orang lain.
5. Tidak sembarangan curhat
Bagi saya tidak semua hal mengenai urusan pribadi kita harus diketahui oleh teman. Terutama urusan rumah tangga dan hubungan kita dengan suami. It is BIG NO! Urusan rumah tangga cukup kita dan suami yang tahu, makanya penting sekali membangun komunikasi yang baik dengan suami. Harus nurut dan kompak sama suami. Jangan apa-apa bocor ke teman. Saya sangat tidak suka kalau ada ibu-ibu yang suka membicarakan urusan ranjang, meskipun itu hanya guyonan. Aduh, saru banget sih, kayak nggak ada topik lain apa ya?
Menurut saya hubungan yang baik dengan teman adalah apabila kita menjaga batas dengan teman kita. Saling menghormati, menghargai dan mengerti satu sama lain.
6. Berbuat baik karena mengharap ridha Allah bukan ridhanya manusia
Dalam sebuah hubungan pertemanan, sering kali kita berharap banyak pada teman karena kita merasa sudah berbuat banyak untuk mereka. Menurut saya hal ini tidak tepat, karena selayaknya ketika kita berbuat baik itu hanya semata-mata karena kita ingin mengharap ridha Allah. Jika berharap pada manusia, harus siap-siap kecewa.

Buat sahabat-sahabat ku, terima kasih banyak ya 🙂 . Semoga kita semua diberikan kemudahan ketika harus beradaptasi di tempat yang baru.

– tamat –