Posted in #ReuniAkbarSastraUnpad2016

Hal Yang Tak Terlupakan Di Reuni Akbar Sastra UNPAD 2016

reuni akbar sastra unpad 2016

Tak terasa dua belas hari sudah terlewati setelah acara ‘Reuni Akbar Sastra UNPAD 2016’. Namun sampai saat ini saya belum bisa move on. Saya masih senyum-senyum sendiri membayangkan diri saya berada di tengah-tengah kehangatan dan kemeriahan acara reuni kemarin.  Perasaan bahagia itu masih menyelimuti hati dan pikiran saya sampai saat ini. Karena bagi saya, bisa hadir di tengah-tengah acara hebat kemarin adalah sesuatu yang luar biasa (hampir nggak jadi datang soalnya). Di mana lagi kalau bukan di kampus biru tempat saya menimba ilmu sampai menjadi sarjana.

Beberapa bulan sebelum hari ‘H’ saya mendapat undangan untuk bergabung di group alumni Sastra UNPAD. Tujuan dari group ini dalam rangka mengumpulkan alumni untuk mengadakan sebuah acara reuni akbar. Kayaknya memang sudah lama sekali Fakultas Sastra UNPAD tidak mengadakan acara reuni. Saya terima  undangan lalu bergabung dalam group alumni. Tentu saja merasa senang karena bisa bertemu teman-teman kuliah walaupun hanya lewat media sosial facebook. Saya bukan tipe orang yang  mudah untuk kumpul-kumpul dengan teman, karena saya terikat dengan rutinitas domestik saya sebagai ibu rumah tangga. Kalau waktunya bukan di sela-sela anak sekolah, tanpa ijin dari suami, apalagi harus keluar kota, rasanya mustahil.  Begitu juga dengan acara reuni ini. Meskpun semakin dekat ke hari ‘H’ group FB Alumni Sastra UNPAD semakin ramai dan meriah, saya hanya bisa menjadi silent rider sambil memendam keingin datang ke reuni. Sebetulnya jauh-jauh hari saya sudah sounding ke suami tentang acara ini, tapi saya tak bisa berharap banyak, karena  sadar suami sedang sibuk sekali dengan pekerjaannya dan anak sulung saya sedang banyak jadwal try out untuk persiapan UN.

Seminggu sebelum hari ‘H’ saya berbincang dengan mama mertua lewat telepon. Mama sempat bertanya apakah saya dan anak-anak akan liburan  long weekend di Bandung? Saya jawab belum tahu, karena papanya anak-anak sedang sibuk dan sedang ada rakor di luar kota.Kemudian Mama bertanya lagi, apa saya tidak akan datang ke acara reuni? Mama mertua tahu acara reuni ini dari kakak ipar, karena saya satu almamater dengan kakak ipar, satu jurusan malah. Saya jawab lagi, belum tahu Ma. 😦

Tapi diam-diam saya tetap berharap bisa datang ke acara reuni.

Hari Kamis sore suami saya baru datang dari luar kota dalam keadaan lelah sekali. Hari Jumat siang saya baru bisa berkomunikasi dengannya dan ternyata suami punya rencana untuk berangkat ke Bandung pada sore harinya. Apakah artinya saya bisa datang ke reuni?? Ah, belum tentu, saya nggak boleh ge-er. Bisa jadi besok pagi suami tidak mau mengantar saya. Apa saya nekat aja ya pergi sendiri? Tapi kalau suami tidak mengijinkan apa enak pergi sendiri tanpa iijin suami? Hmm….saya galau sekali. Di jalan tol menuju Bandung, sesekali saya cerita soal acara reuni, tanggapan suami saya cuma, “Oh gitu… lihat saja besok ya.” Saya tidak berani meneruskan pembicaraan tentang reuni. 😦 😦

Akhirnya kami tiba di Bandung malam hari (karena jalanan macet). Setibanya di rumah orang tua saya, kami langsung ngobrol-ngobrol dengan keduanya. Sambil ngobrol sesekali saya buka FB, di group alumni suasana semakin riuh ramai tak sabar menantikan acara reuni besok. Saya sempat inbox teman sekelas saya Daisy, menanyakan siapa saja besok angkatan kita yang akan hadir di acara reuni? Daisy bilang sih lumayan adalah beberapa yang mau hadir. Saya cuma bilang insyaallah kalau memungkinkan saya datang. Tiba-tiba mama saya  menyeletuk, “Besok ada reuni sastra ya? Beritanya ramai sekali beberapa hari ini di koran dan radio.” Saya menjawabnya dengan senyum lebar. Iya, hanya senyum karena saya belum tahu besok bisa datang atau tidak. Saya melirik ke arah suami, tidak ada respon apa-apa, datar saja….lempeng kalau kata orang Sunda mah. “Yah kok lempeng sih?”  kata saya dalam hati. 😦 😦 😦

Keesokan harinya, subuh-subuh kami sudah bangun. Saya langsung turun ke bawah menyuci baju dan membantu mama di dapur , setelah itu beberes rumah. Selesai beberes rumah saya telpon kakak ipar. Kakak ipar ternyata akan berangkat dengan teman-teman sekelasnya dulu. Wuiih….asyik sekali, batin saya. Lalu bagaimana dengan saya? Ini sudah hari ‘H’ suami masih cuek aja dan malah asyik membersihkan mobil di garasi 😦 😦 😦 😦 . Pukul 7.00 bapak saya datang dari lapangan (habis senam) dengan membawa beberapa keresek yang isinya nasi kuning dan bubur ayam. Kemudian kami semua dipanggil untuk sarapan. Selesai sarapan, suami saya menyuruh anak-anak mandi, saya saat itu masih sibuk membantu mama cuci piring di dapur. Keluar dari dapur, suami dan anak-anak tampak sudah berpakaian rapi seperti mau pergi, saya  disuruh segera mandi dan siap-siap pergi.

” Pada mau pergi kemana sih pagi-pagi sudah cakep?” kata saya.

“Ya ke reuni lah…buruan Ibu mandi!” begitu kata suami saya.

What??? Ha? Nggak salah nih?  😮 😮

Waaah ini mah surprise pisan. Trus aku harus pakai baju apa??? Saya langsung panik….hahaha 😀 😀 😀 dasar perempuan.

Ah, nggak usah panik lah. Kata panitia di sana ada menjual kaos reuni, nanti beli aja di sana. Sekarang pakai atasan polos sama rok jeans aja. Nanti kalau sudah beli kaos langsung ganti. Ok, sip. Kemudian saya mandi dan dandan kilat, pinjem kerudung punya mama…hahaha 😀 😀 😀 , lalu cus berangkat ke Jatinangor bersama suami dan kedua anak saya (full team…iyah selalu begitu kami mah).

Sampai di Jatinangor kami parkir di seberang gedung Fakultas Sastra (kalau nggak salah dulunya ini gedung Pedca). Sekarang Fakultas Sastra berubah namanya menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Baru saja parkir, saya sudah bertemu dengan teman sekelas saya yaitu Puspita Aji beserta rombongan kakak kelas kami yaitu Mbak Chiko dan Jeanny. Kami teriak-teriak kegirangan bisa bertemu satu sama lain. Memasuki gerbang Fakultas Sastra, kami disambut oleh meja registrasi. Di sana saya bertemu dengan Daisy teman sekelas ya yang semalam saya inbox lewat FB. Ada Bang Afis, Bang Toing dan Probo, Teh Lia , Mbak Ayus, dll, ada adik-adik kelas angkatan 97, 98 (Tikeu, Firna, Isti, Intan, Achi, dll). Oh iya ketemu juga sama Kang Hafiz Sastra Rusia ’94 ya Kang? Kang Hafiz ini teman merantau ketika di Balikpapan. Sekarang alhamdulillah kita+keluarga sudah sama-sama lagi ke Jakarta ya Kang 🙂 . Kami saling menyapa dan berpelukan, melepas rindu. Beneran loh, rindu sekali. 20 tahun yang lalu kita satu kampus, sama-sama menimba ilmu di sini, bercengkrama di sini di kampus biru. Suasana meja registrasi menjadi  ramai. Sambil ‘say hello’ ke sana ke sini, menyapa sahabat lama, adik kelas dan kakak kelas, sambil sesekali berfoto bersama 😀 . Saya banyak lupa nama tapi ingat wajah, apalagi teman-teman dari jurusan lain tapi tetap saja saya sapa semampu saya 🙂 .

Sastra Jepang '96
Himade (Sastra Jepang)
hiamde1
Himade (Alumni Sastra Jepang)

Setelah regsitrasi dan melakukan pemilu untuk memilih ketua IKA SADAYA (Ikatan Alumni Sastra dan Budaya) saya langsung mencari yang menjual kaos reuni (takut kehabisan) 😀 . Sepanjang jalan menuju tempat menjual kaos reuni, teteup sibuk say hello ke sana ke sini saling menyapa teman-teman lama.  Sampai nggak sadar di tengah-tengah halaman Fakultas Sastra ada bis Damri sedang parkir di sana (padahal segitu gedenya itu bis). Pas saya mau ganti baju di toilet PSBJ (Pusat Studi Bahasa Jepang)…ini tempat saya kuliah dulu), saya baru sadar….waaaa…ada bis Damri !!! *beuuuh telat pisan si Neng mah* ^_^

bis_damri_Reuni_Akbar_Sastra_Unpad_2016
foto  Jaka Perbawa
bis_damri_reuni_akbar_sastra_unpad_2016
foto : Jaka Perbawa

Bis Damri model jaman tahun 90-an ini adalah bagian dari kenangan kami para alumni. Bagi mahasiswa yang tinggal di Bandung, bis Damri ini merupakan salah satu alat transportasi andalan kami  pada saat itu. Kenapa naik bis Damri? Karena tiketnya murah meriah cocok sekali untuk kantong mahasiswa. Meskipun kami harus berdesak-desakan bahkan harus berdiri  di dalamnya, menempuh perjalanan kurang lebih 30 km, ditambah pakai macet dari Bandung menuju kampus kami tercinta di Jatinangor  pulang – pergi. Sedap deh rasanya, tapi perjuangan seperti ini yang akhirnya menjadi kenangan tak terlupakan ketika sudah menjadi alumni.  Oh ya ampun hebat betul panitia yang tergabung dalam “Relawan Biru” mereka bisa menghadirkan bis Damri seperti ini yang sekarang sudah tidak ada lagi di jalanan…luar biasa!!

Selain bis Damri, di halaman fakultas saya melihat ada tiga tempat yang diberi backdrop ukuran besar khusus untuk tempat foto. Para alumni yang datang bisa berfoto di sana bersama teman-teman seangkatannya. Di depan Kansas (Kantin Sastra) ada stand-stand dari jurusan yang menjual pernak-pernik khas negara/daerah masing-masing jurusan (ada jurusan Indonesia, Inggris, Jepang, Jerman, Perancis, Rusia, Arab, Sunda dan Sejarah). Saya menyempatkan mampir di stand Jurusan Jepang, membeli kipas dan sushi buatan adik-adik kelas yang masih kuliah. Salam kenal ya adik-adik, kalian sempat kaget ketika menanyakan saya dari angkatan berapa…hahaha. Reuni ini  menyadarkan saya kalau saya sudah tidak muda lagi…hehehe.

Selain tempat berfoto, stand-stand dari jurusan, serta bis Damri,  di sepanjang jalan, tembok dan lorong-lorong fakultas terdapat spanduk yang memuat foto-foto jaman kulian. Dari semua jurusan dan angkatan sepertinya ada. Saya sih merasa seperti dibawa masuk ke mesin waktu, kembali ke jaman waktu masih kuliah dulu. Melihat foto-foto  jaman jadi mahasiswa, masih culun-culun, gaya baju dan rambut masih jaman dahulu 🙂 .

Museum_Hidup_Reuni_Akbar_Sastra_Unpad_2016
foto : Jaka Perbawa

Singkat cerita saya sudah ganti pakai kaos reuni. Saya diajak oleh suami dan anak-anak masuk ke dalam aula PSBJ. Di dalam aula ada ‘Museum Sastra’. Wah apalagi ini?

Aula PSBJ diubah menjadi Museum Sastra, di dalamnya terdapat foto-foto dan barang-barang yang pernah digunakan pada jaman para alumni masih kuliah. Mulai dari lembaran kertas koran pengumuman UMPTN tahun ajaran 1993, 1997 dan 1998 , ada kartu peserta UMPTN, kartu mahasiswa, booklet-booklet dari jurusan, tanda bukti pembayaran uang kuliah tahun 1998 spp 1 semester masih Rp 225.000,- (haa….murah yaa), ada kartu KRS (kartu rencana studi) tahun 1999, ada pin dari jurusan jepang, ada kaos dan syal ospek fakultas dan jurusan, ada tas ospek jaman  angkatan ’93 (asli saya kagum banget…itu tas biru masih ada yang nyimpen, udah berapa lama coba?? DUA PULUH TIGA TAHUN !!!  Wohooo…keren, punya saya sudah kemana tahu deh). Dan yang tak kalah istimewa, di panggung aula ada sebuah backdrop ukuran besar yang isinya adalah foto peresmian berdirinya Fakultas Sastra UNPAD pada 17 November 1985 oleh Rektor pertama UNPAD Bpk. Iwa Kusuma Soemantri didampingi oleh Presiden RI Soekarno. Saya berdiri agak lama di depan standing banner ini dengan mulut menganga *ups* Woww!! Luar biasa!!! Sugoi!! Amazing!! (soalnya saya baru tahu  😀 ). Lalu ada juga Buku Pidato Penganugerahan Gelar Honoris Causa  untuk Presiden Soekarno oleh Jurusan Sejarah UNPAD tanggal 23 Desember 1964 (hebat!!). Dan tak jauh dari panggung di salah satu sisi tembok terpampang teks Hymne Fakultas Sastra hasil karya alm. Harry Roesli salah seorang seniman legendaris dari Bandung. Di sebelahnya ada teks Hymne Fakultas Ilmu Budaya.

Saya agak lama di Museum Sastra, sementara anak saya main bola basket yang memang disediakan di pinggir aula dekat pintu masuk (saya sempat menegur si bungsu karena takut properti yang ada di museum pada roboh…hehehe). Suami saya sempat-sempatnya ikut game menendang bola, kalau bolanya ditendang dan berhasil masuk ke dalam kotak melewati tiga buah botol tanpa menjatuhkan botol , akan mendapatkan hadiah sebuah voucher. Dan ternyata suami mendapatkan hadiah voucher karena berhasil menendang bola masuk ke kardus tanpa menjatuhkan botol…bravo…bravo…bravo!!!

Dari Museum Sastra saya mengelilingi PSBJ (Pusat Studi Bahasa Jepang) memperlihatkan ke anak-anak, ini loh tempatnya Ibu kuliah. Di teras PSBJ depan ruang dosen ada pembacaan puisi. Saya hanya sebentar di sana karena anak-anak merengek ingin melihat-lihat tempat lainnya. Pembacaan puisi diramaikan oleh para sastrawan alumni Sastra UNPAD, salah satunya adalah  Kang Gola Gong penulis novel “Balada Si Roy”. Foto di bawah ini adalah koleksi dari Shinta Felisiana  :

pembacaan puisi
foto : Shinta Felisiana

Dari PSBJ saya mengajak anak-anak ke gedung C . Di halaman gedung C disediakan area bermain untuk anak-anak. Ada kegiatan indoor khusus untuk anak-anak usia balita dan ada kegiatan outdoor seperti panjat tebing, flying fox, highline, hammock dan pegang-pegang ular. Saya cukup lama berada di area ini, karena kedua anak saya betah sekali dengan aktivitas yang disediakan di sini. Bahkan mereka rela mengantri lama demi bisa panjat tebing. Kegiatan outdoor diasuh oleh mahasiswa yang tergabung dalam Blue Hikers (pecinta alamnya Fakultas Sastra/Fakultas Ilmu Budaya). Mereka baik, ramah, dan sabar sekali melayani anak-anak, horeee….terima kasih ya Kakak-Kakak Mahasiswa 🙂 *kata anak saya* 😉 😉

blue hikers sastra unpad

bluehikers
foto : Rahadyan OZ

Puas bermain di area parkir gedung C sekarang waktunya menuju Blue Stage atau Tenda Biru. Blue Stage atau Tenda Biru adalah sebuah panggung pertunjukan yang biasanya digunakan oleh mahasiswa untuk menampilkan  teater, pembacaan puisi dan musik. Kali ini Blue Stage menjadi  pusatnya acara reuni Akbar Sastra UNPAD 2016. Ok, tadi pagi ketika saya masih di PSBJ dan di area gedung C, di Blue Stage ada acara penyerahan penghargaan “Lifetime Achievement” kepada dosen-dosen  purnabakti, sayang sekali saya tidak bisa melihat acara ini. Nah  ini adalah salah satu foto koleksi Kang Dicky Dee yang menggambarkan suasana Blue Stage pada acara reuni kemarin. Ramai sekali, karena semua angkatan dari tahun 80-an sampai 2000-an dari semua jurusan dan program studi S1,S2, D3 dan Ekstensi berkumpul di sini menikmati  aksi panggung para alumni Sastra Unpad.

blue_stage_Sastra_Unpad
foto : Kang Dicky Dee

Ada Joe P Project (alumni Jurusan Sejarah) dan Oni SS (alumni Jurusan Dokumentasi Budaya) yang menjadi pembawa acara. Gila ya aksi para alumni di panggung ini keren dan lucu banget. Ada kolaborasi Alumni Sastra UNPAD Band yang terdiri dari Joe P Project (vokal), Arief Pure Saturday (gitar dan vokal), Trisnoize PAS (bass, vokal), Noey Jive (bass, gitar, vokal) Magi RIF (drums) dan Adib Hidayat (sebagai manager), Kembang Kehidupan, Mukti-Mukti, Keripik Ubi, Deugalih & Folks, KM 21,5 , dan masih banyak lagi…sampai lupa namanya. Paling ramai dan seru waktu acara “Berpacu Dalam Melodi”, penonton diminta menebak lagu yang dimainkan oleh KM 21,5 yang berhasil menebak lagu berhak mendapatkan hadiah yang sudah disediakan oleh panitia.

Joe di blue stage
Uyan “Preman Pensiun” (mahasiswa Jurusan Indonesia) berhasil menebak lagu dalam acara “Berpacu Dalam Melodi”  yang dipandu oleh Joe P Project (alumni Jurusan Sejarah)   (Foto : koleksi pribadi)
kembang kehidupan
Kembang Kehidupan (foto : koleksi pribadi)
alumni pengisi acara di blue stage
“Alumni Sastra UNPAD Band ”  (foto : Noey Jive)

Diumumkan juga hasil pemilihan ketua IKA SADAYA (Ikatan Alumni Sastra Budaya) UNPAD, dan yang terpilih menjadi ketua IKA SADAYA periode 2016-2020 adalah Bang Ardhi Lufti Siregar , selamat ya Bang Oethi semoga sukses,amanah dan jangan lupa jaga kesehatan 🙂 .

Luar biasa rasanya hari itu. Saya  masuk ke mesin waktu yang membawa ke masa dua puluh tahun yang lalu. Melepas rindu di “Kampus Biru”  bertemu para dosen dan teman-teman semasa kuliah dulu. Nggak ada kesan persaingan atau sombong-sombongan atas keberhasilan yang sudah dicapai dari masing-masing alumni. Kayaknya semuanya datang dengan alasan yang sama, yaitu karena CINTA dan RINDU ❤ ❤ ❤ Alhamdulillah.

Terima kasih yang kepada panitia “Relawan Biru” yang telah menyiapkan acara ini. Kalian semuanya hebat!!!

Terma kasih untuk suamiku yang sudah mengantarkan  ke acara hebat ini 🙂 🙂 🙂

Terima kasih fotonya : Jaka Perbawa, Shinta Felisiana, Kang Dicky Dee , Rahadyan Oz  dan Noey Jive 🙂

Semoga kita bertemu lagi di lain waktu. *masih senyum-senyum sendiri mengingat tgl 6 Februari’16 kemarin 🙂 🙂 🙂 *